Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2019

Elasmobranchii

 

Mendulang Prestasi Berkedok Cinta Dunia Literasi

Dunia Literasi Saat dalam masa mengenyam pendidikan, kita selalu dihadapkan dengan istilah literasi. Baik itu saat di bangku sekolah dasar hingga di perguruan tinggi, kita dituntut untuk cinta dunia literasi . Sebenarnya apa pengertian literasi? M usthafa (2014) menjelaskan bahwa literasi merupakan kemampuan membaca, menulis dan berpikir kritis . Melalui literasi diharapkan tumbuh kesadaran kritis untuk mempelajari sesuatu yang baru atau mengasimilasikannya dengan pengetahuan sebelumnya. Dalam fungsinya, literasi mampu memengaruhi pemikiran seseorang, menumbuhkan budaya kritis hingga melahirkan masyarakat yang cerdas dan memiliki daya saing. Kata “literasi” sering dihubungkan dengan kata “dunia” dan “budaya” . Dunia dalam artian bahwa luasnya literasi layaknya alam semesta ini. Serta budaya lebih mengarah pada cara untuk menerapkan dan mewariskan literasi tersebut dari generasi ke generasi. Literasi ada dalam kehidupan manusia, dimanapun kita berada. Mahasiswa yang katanya

Mahasiswa Kok Veteran

MAHAsiswa Warning!! Bacaan ini akan mengundang emosi bagi Anda yang “merasa” pernah melakukannya. Menjadi seorang mahasiswa adalah impian hampir semua siswa tingkat menengah. Menjadi seorang mahasiswa adalah jalan untuk meraih cita-cita, katanya. Benarkah demikian? Dilihat dari pengertiannya, m ahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu ataupun belajar dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu bentuk perguruan tinggi yang terdiri dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas (Hartaji dan Damar , 2012). Dengan imbuhan kata “maha”, mahasiswa akan lebih “berbeda”. Betapa beruntungnya seorang pelajar yang akhirnya berstatus MAHAsiswa. Maha untuk berpendapat, Maha untuk belajar, Maha untuk berkreativitas dan Maha-Maha yang lain, Maha diatas segalanya? Maka tak heran, persaingan masuk ke kampus impian sangatlah ketat. Hingga harus merelakan uang, waktu dan cinta (yang pernah minta putus dengan sang kekasih karena mau f

Mustahil untuk Bersikap Bodo Amat

Bodo Amat Saat sedang booming -nya sebuah buku karya Mark Manson , yaitu Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat atau The Subtle Art of Not Giving a F*ck: A Counterintuitive Approach to Living a Good Life . Banyak orang berlomba-lomba untuk membelinya. Review yang bertebaran mulai dari bentuk artikel hingga video di YouTube begitu mudah ditemui. Kesan positif sangat tinggi diberikan terhadap materi yang dipaparkan. Sebenarnya mengapa banyak orang yang tertarik untuk membacanya? Dengan yakin aku katakan, selain terbawa berita viral. Setiap orang berpikiran hidupnya sangatlah sulit. Setiap orang pernah berada dalam suatu fase, dimana dirinya merasa, bahwa tidak ada yang bisa mengalahkan tingkat kesedihannya dan menanggung beban berat yang sebanding dengan dirinya. Manusia modern dengan tingkat mobilitas yang tinggi meyakini bahwa kehidupan era ini sangatlah berat. Berbagai permasalahan berputar-putar di kepala. Meyakini diri-sendiri sebagai seseorang yang pemikir atau dengan kata

Mengabdi untuk Mengisi CV?

Berjuang Siapa yang gak mau dapat ilmu dan pengalaman sekaligus berwisata? Apalagi kalau gratis. Duh, dambaan semua orang deh. Terutama buat mahasiswa yang katanya agent of change . Harus punya hard skills dan soft skills ? Tak sulit rasanya mencari event pengabdian yang diadakan organisasi. Dengan target pelaksanaan di pelosok negeri dan yang paling di cari adalah ada kata fully funded . Dengan target ingin berkontribusi untuk Indonesia ? Menjadi sosok yang bermanfaat ? Sebenarnya kegiatan pengabdian sudah diterapkan di beberapa kampus dalam mata kuliah KKN (Kuliah Kerja Nyata) . Seperti halnya KKN di Desa Penari yang sedang viral. Sayangnya kegiatan ini sudah ditiadakan di beberapa fakultas di Universitas Brawijaya, termasuk FPIK (Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan). Nampaknya dengan alasan meringkas waktu perkuliahan agar kelulusan tidak terlalu molor . Maka program pengabdian hanya dapat diperoleh dengan mengikuti event diluar kampus atau proker (program kerja) yang dimi

Magang dan Orang Dalam

Magang Perikanan Saat di bangku perkuliahan, pasti sudah tidak asing dengan istilah hard skills dan soft skills . Sedikit saja aku singgung. Hard skills lebih mengarah kepada kemampuan teori maupun praktik dari suatu bidang ilmu. Kemampuan praktik merujuk pada kemampuan teknis. Misalnya saja untuk teori, kita dapatkan materi perkuliahan di dalam kelas yang diajarkan dosen. Selanjutnya untuk keahlian teknis, umumnya diperoleh dari pelaksanaan kegiatan praktikum. Kemampuan hard skills ini dapat diukur dan dinilai melalui ujian. Sedangkan soft skills lebih bermakna pada penguasaan diri . Mengendalikan emosi, tampil percaya diri, bekerja sama dalam tim dan sejenisnya. Kemampuan ini cukup abstrak dan tidak bisa dinilai secara objektif. Karena setiap individu memiliki kapabilitas yang berbeda. Pada umumnya, mahasiswa memilih mengikuti suatu organisasi untuk mengasah soft skills. Selain itu, mengikuti berbagai kepanitiaan menjadi pilihan. Sayangnya, tak sepenuhnya mengikuti

Label Tempat Wisata

CMC Tiga Warna Wisata bukan hanya menjadi kebutuhan untuk melepas penat setelah aktivitas sehari-hari saja. Namun wisata sudah dijadikan ajang pamer bagi kaum pengguna media sosial untuk memperoleh perhatian . Banyak like tanda orang terkenal, katanya. Berbagai macam jenis rekreasi ditawarkan di bumi ini. Mulai dari wahana buatan manusia hingga asli ciptaan Tuhan . Minat wisata alam sangat meningkat tajam di era digital saat ini. Demi memperoleh foto yang bagus, manusia modern rela harus menghadapi berbagai tantangan dan rintangan menuju tempat wisata yang masih perawan. Lantas muncullah istilah ekowisata yang sudah cukup familiar kita dengar. Sebenarnya apa makna dari ekowisata? Ekowisata menurut Simposium Ekowisata di Bogor (1996), yakni sebagai penyelenggaraan kegiatan wisata yang bertanggung jawab di tempat-tempat alami dan/atau daerah-daerah yang dibuat dengan kaidah alam, yang mendukung berbagai upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan kesejaht

I Love You 300 Juta

Kapal Perikanan Banyak jalan menuju Roma... Ketertarikan pada isu perikanan dan kelautan sudah kuungkapkan kesekiankalinya. Salah satunya dengan cara bekerja pada bidang tersebut. Mulai dari industri budidaya , penangkapan hingga pengolahan . Saat orang lain berlomba-lomba ingin menjadi bagian dari sebuah perusahaan besar. Mimpiku sedikit berbeda, berangan-angan untuk menjadi bagian NGO (Non Government Organization). Dunia konservasi sangat indah bagiku. WWF Indonesia (World Wide For Fund Indonesia), WCS Indonesia (Wildlife Conservation Society Indonesia), MDPI Indonesia (Yayasan Masyarakat dan Perikanan Indonesia) dan sejenisnya. Siapa yang tak tahu organisasi besar tersebut? Mimpi terlalu tinggi mungkin. Berkali-kali berusaha namun hasilnya tetap saja nihil. Banyak jabatan yang tersedia, namun ku coba dengan yang mungkin cukup basic. Kegiatan pengambilan data secara langsung pada narasumber. Penuh tantangan memang. Tak ada yang tahu kondisi di lapang. Hal-hal buruk mung

Skripsweetku Sayang

Seminar Hasil Skripsi ? Siapa sih pelopornya? Pasti jutaan mahasiswa di Indonesia juga sebel haha… Mata kuliah dengan 6 sks ini memang benar-benar menguras air mata dan energi. Mulai dari ganti judul berkali-kali hingga mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk menambah variabel. Bukan ratusan ribu lagi tetapi jutaan rupiah. Pusing kepala, sempat ingin bekerja untuk mencari uang. Sayang, orang tua tak mengizinkan, aku manut sajalah. Daripada nanti takutnya skripsiku akan bermasalah jika tidak memperoleh restu orang tua. Penderitaan itu tak sepenuhnya selesai. Belum lagi data yang error dan jam konsultasi yang tak menentu. Hampir setiap hari ke kampus dari pukul 7 pagi hingga 4 sore menunggu ketidakpastian. Jam makan dan tidur menjadi tak karuan. Segala urusan dikesampingkan, yang penting aku harus bisa lulus tepat waktu. Hanya itu targetku saat memasuki musim perskripsian. Belum lagi menghadapi netizen-netizen nyinyir yang tanya kapan lulus, gimana skripsinya dan lain-lai

Mahasiswa Kelautan Abal-Abal

Penanaman Mangrove Lamun? Melamun? Ini saatnya menceritakan pengalaman mendapatkan previllage dari Climate Influencer Meeting. Kegiatan ini dilaksanakan di Kepulauan Seribu , tepatnya Pulau Tidung . Sayangnya, seluruh rekan satu timku, Kak Teti, Kak Delvi dan Kak Putri berhalangan hadir. Berangkat dengan modal “nekat” lagi. Bingung mencari tempat penginapan. Akhirnya aku menginap di rumah salah satu temanku yang sangat baik, Annisa. Rumahnya di Tangerang, lumayan jauh memang. Tapi mau bagaimana lagi, tidak sanggup rasanya kalau harus menghadapi kerasnya Ibukota Jakarta sendirian. Perjalanan ku lalui dengan menaiki busway dari pukul setengah lima hingga pukul delapan pagi. Titik kumpul di Ancol. Aku berkenalan dengan semua peserta yang lain. Sambil menunggu kapal laut yang akan membawa kami menyebrangi lautan Jakarta, Ada yang kuliah peternakan, kimia, hukum, fisika, metereologi bahkan sejarah. Wah, sungguh beragam. Namun yang paling mendominasi adalah jurusan ilmu kelautan bah

Sang Penjelajah Lautan

Konservasi Penyu Kura-kura ? Dikenal sebagai hewan yang lamban. Stigma ini muncul karena cerita fabel antara kelinci dan kura-kura bertanding dalam ajang menguji kecepatan. Dan pada akhirnya kura-kura mampu membuktikan bahwa lambat belum tentu selalu tertinggal . Namun tekad dan ketekunan yang mengantarkan pada keberhasilan . Well, kalau di darat ada kura-kura, kalau di laut ada penyu . Bentuknya plek sama. Di cap sebagai hewan yang lamban nampaknya sangat salah bagi penyu. Penyu tak lamban seperti dalam cerita kura-kura di Upin dan Ipin . Hewan ini dapat mengarungi luasnya lautan. Mencari makan, bereproduksi hingga bertelur dengan jarak yang sangat jauh. Penyu sebagai salah satu hewan dilindungi karena jumlahnya yang sangat sedikit dan kelulushidupan tukik (anakan penyu) yang juga rendah. Hal ini sebagai penyebab penyu menjadi salah satu bagian dari konservasi . Pejuang Penyu Project Aku sadar diri, sebagai mahasiswa Teknologi Hasil Perikanan (THP). Sangatlah