Skip to main content

Elasmobranchii

 

I Love You 300 Juta

kapal perikanan
Kapal Perikanan

Banyak jalan menuju Roma...

Ketertarikan pada isu perikanan dan kelautan sudah kuungkapkan kesekiankalinya. Salah satunya dengan cara bekerja pada bidang tersebut. Mulai dari industri budidaya, penangkapan hingga pengolahan. Saat orang lain berlomba-lomba ingin menjadi bagian dari sebuah perusahaan besar. Mimpiku sedikit berbeda, berangan-angan untuk menjadi bagian NGO (Non Government Organization). Dunia konservasi sangat indah bagiku. WWF Indonesia (World Wide For Fund Indonesia), WCS Indonesia (Wildlife Conservation Society Indonesia), MDPI Indonesia (Yayasan Masyarakat dan Perikanan Indonesia) dan sejenisnya. Siapa yang tak tahu organisasi besar tersebut? Mimpi terlalu tinggi mungkin. Berkali-kali berusaha namun hasilnya tetap saja nihil. Banyak jabatan yang tersedia, namun ku coba dengan yang mungkin cukup basic. Kegiatan pengambilan data secara langsung pada narasumber. Penuh tantangan memang. Tak ada yang tahu kondisi di lapang. Hal-hal buruk mungkin saja bisa terjadi. Teori untuk pengambilan data di lapang serta proses pemrosesan data sudah ku dapatkan pada mata kuliah Pengolahan Data Perikanan. Bukan mata kuliah wajib memang, namun tetap saja ngotot. Ku tahu ilmu itu akan sangat berguna di masa depan. Eksekutor di lapang itu biasa disebut enumerator.

Baca Juga : Skripsweetku Sayang

Waktu menyelesaikan masa studi strata-1. Saatnya untuk beristirahat sejenak pikirku. Sebelum akhirnya berjuang untuk masa depan cemerlang. Tepat di awal Agustus 2019, seorang teman menghubungiku. Meminta bantuan untuk menemani seorang dosen dalam proyek penelitian. Terjun langsung ke nelayan, dengan topik penangkapan. Aku bukan lulusan PSP (Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan) pikirku, tetapi ini tantangan yang sesungguhnya. Gelar yang kupunya adalah Sarjana Perikanan. Saatnya taklukan segala tantangan yang ada di depan mata. Keinginan untuk menjadi enumerator akhirnya bisa kurasakan.
Sungguh indah rencana-Nya.

Comments

Popular posts from this blog

Teknik Pendinginan Produk Perikanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1         Latar Belakang Setelah meratifikasi Montreal Protocol pada tahun 1992 dan Kyoto Protocol pada tahun 1996, Indonesia juga tidak luput dari permasalahan global yang dihadapi oleh industri pendinginan dunia sebagai dampak dari kedua perjanjian internasional di atas. Dengan demikian, penelitian di bidang refrigeran dan pendinginan sangat penting dan bermanfaat dilakukan di Indonesia. Jenis refrigeran yang cocok diteliti kemungkinan pemakaiannya di lndonesia adalah refrigeran hidrokarbon, karena selain bersifat alami (natural) hidrokarbon juga tersedia sebagai sumber daya alam yang relatif besar. Penggunaan refrigeran hidrokarbon juga dapat menghemat energi bila dibanding refrigeran R12 (Maclaine dan Leonardi, 1997 dalam Sihaloho dan Tambunan, 2005 ). Aisbett dan Pham (1998) dalam Sihaloho dan Tambunan (2005) menyatakan bahwa penggunaan hidrokarbon sebagai refrigeran pengganti CFC dan HFC dapatmemberikan penghematan biaya yang signifikan untuk

Ikan Sebelah (Psettodes erumei)

1.   PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Kekayaan alam laut Indonesia yang luas berpotensi menghasilkan hasil laut yang beraneka ragam dengan jumlah yang cukup besar yaitu sebanyak 6,26 juta ton per tahun. Hasil produksi perikanan laut ( marine fisheries ) di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 mencapai 3,24 %, dimana pada tahun 2012 hasil produksi ikan laut sebanyak 5.829.194 ton. Hasil laut terutama ikan diolah untuk menjadi bahan pangan masyarakat (Purba et al., 2015). Tingkat konsumsi ikan Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2013 mencapai 35,62 kilogram per kapita dari tahun 2012, yaitu sebanyak 33,14 kilogram per kapita (Purba et al., 2015). Indonesia memiliki wilayah perairan tropis yang terkenal kaya dalam perbendaharaan jenis-jenis ikannya. Berdasarkan penelitian dan beberapa literatur diketahui tidak kurang dari 3.000 jenis ikan yang hidup di Indonesia.Dari 3.000 jenis tersebut sebanyak 2.700 jenis (90%) hidup di p

Enzim Transferase

BAB I PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Indonesia mengimpor hampir seluruh kebutuhan enzim (sekitar 90%) dari luar negeri. Dari aspek pasar, kebutuhan enzim di Indonesia terus meningkat sebagaimana dapat dilihat dari nilai impor. Menurut Badan Pusat Statistik, impor untuk produksi farmasetika tahun 2007 adalah sebesar 2,988 trilyun rupiah, tahun 2008 menjadi 3,391 trilyun rupiah dan pada tahun 2011 diperkirakan menjadi 4,55 trilyun rupiah. Kebutuhan enzim dunia terus meningkat yaitu sebesar 6,5% per tahun dan menjadi $5,1 miliar pada tahun 2009 (Trismilah et al. , 2014).   Enzim adalah protein yang berfungsi sebagai katalisator untuk reaksi-reaksi kimia didalam sistem biologi. Katalisator mempercepat reaksi kimia. Walaupun katalisator ikut serta dalam reaksi, ia kembali ke keadaan semula bila reeaksi telah selesai. Enzim adalah katalisator protein untuk reaksi-reaksi kimia pasa sistem biologi. sebagian besar reaksi tersebut tidak dikatalis oleh enzim (Indah, 2004). E