Skip to main content

Elasmobranchii

 

Mustahil untuk Bersikap Bodo Amat

bodo amat
Bodo Amat

Saat sedang booming-nya sebuah buku karya Mark Manson, yaitu Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat atau The Subtle Art of Not Giving a F*ck: A Counterintuitive Approach to Living a Good Life. Banyak orang berlomba-lomba untuk membelinya. Review yang bertebaran mulai dari bentuk artikel hingga video di YouTube begitu mudah ditemui. Kesan positif sangat tinggi diberikan terhadap materi yang dipaparkan. Sebenarnya mengapa banyak orang yang tertarik untuk membacanya? Dengan yakin aku katakan, selain terbawa berita viral. Setiap orang berpikiran hidupnya sangatlah sulit. Setiap orang pernah berada dalam suatu fase, dimana dirinya merasa, bahwa tidak ada yang bisa mengalahkan tingkat kesedihannya dan menanggung beban berat yang sebanding dengan dirinya. Manusia modern dengan tingkat mobilitas yang tinggi meyakini bahwa kehidupan era ini sangatlah berat. Berbagai permasalahan berputar-putar di kepala. Meyakini diri-sendiri sebagai seseorang yang pemikir atau dengan kata lain, yaitu overthinking. Apakah benar setiap orang memang overthinking?

Membaca Buku Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat mengharapkan pencerahan agar mampu meluruskan masalah hidup yang ruwet. Setiap orang mengecap dirinya sebagai orang yang overthinking. Tak salah memang, tapi jangan sampai mendiagnosis diri hingga meyakini diri bahwa sedang menderita penyakit mental. Apakah benar demikian?


Sebenarnya apakah bisa kita benar-benar bodoh amat terhadap sesuatu? Bersikap cuek diluar namun di dalam sangatlah rapuh. Bohong, Anda bohong besar, Anda berdusta jika mengatakan Anda tak peduli. Semakin Anda memaksakan untuk membuang pikiran-pikiran yang tak diharapkan, maka semakin Anda mengingatnya. Bukan bermaksud menghina buku ini. Tak menyalahkan semua teori yang disampaikan dalam buku. Namun itu kenyataannya. Selama memiliki otak yang masih berfungsi untuk berfikir, tak mungkin rasanya untuk bersikap acuh tak acuh kan?

Lantas bagaimana cara kita bersikap bodo amat? Jawabannya adalah hanya satu, yaitu memilah isi pikiran. Tentukan apa yang pantas untuk dipikirkan dan apa yang patut dibuang jauh-jauh. Berat memang, mudah dikatakan tetapi sulit dilakukan. Berusahalah berdamai dengan diri-sendiri. Berdamai dengan masa lalu. Lakukan kegiatan positif, sesekali refreshing dan manjakan jiwa dengan meditasi. Renungkan apa manfaat melupakan masa lalu? Berapa banyak kegagalan yang diperoleh jika terus memaksakan otak bekerja tak sewajarnya. Ikhlas terhadap kesalahan yang telah diperbuat. Ikhlas dengan kesalahan yang diperbuat orang lain kepada kita. Jangan pendam masalah yang dipunyai. Merasa tak ada orang yang peduli? Tak ada yang mampu memberi saran? Hanya sebatas melontarkan kata “sabar”? Dan sebagian hanya menganggapnya lelucon bahkan menghujat? Percayalah, orang yang merasa dirinya “bermasalah”. Sebenarnya dia hanya membutuhkan tempat curhat, membutuhkan tempat berkeluh kesah tanpa perlu dipotong. Bukan malah balik bercerita dan membandingkan permasalahan yang dihadapi. So, tugas Anda yang merasa overthinking, percayakan cerita hidup Anda, cukup pada satu orang yang Anda rasa mampu “mendengarkan”. Dan bagi Anda yang diberi kepercayaan, cukup dengarkan. Yuk refresh pikiran kita!!
Saya sudah mencobanya 😊

Comments

Popular posts from this blog

Teknik Pendinginan Produk Perikanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1         Latar Belakang Setelah meratifikasi Montreal Protocol pada tahun 1992 dan Kyoto Protocol pada tahun 1996, Indonesia juga tidak luput dari permasalahan global yang dihadapi oleh industri pendinginan dunia sebagai dampak dari kedua perjanjian internasional di atas. Dengan demikian, penelitian di bidang refrigeran dan pendinginan sangat penting dan bermanfaat dilakukan di Indonesia. Jenis refrigeran yang cocok diteliti kemungkinan pemakaiannya di lndonesia adalah refrigeran hidrokarbon, karena selain bersifat alami (natural) hidrokarbon juga tersedia sebagai sumber daya alam yang relatif besar. Penggunaan refrigeran hidrokarbon juga dapat menghemat energi bila dibanding refrigeran R12 (Maclaine dan Leonardi, 1997 dalam Sihaloho dan Tambunan, 2005 ). Aisbett dan Pham (1998) dalam Sihaloho dan Tambunan (2005) menyatakan bahwa penggunaan hidrokarbon sebagai refrigeran pengganti CFC dan HFC dapatmemberikan penghematan biaya yang signifikan untuk

Ikan Sebelah (Psettodes erumei)

1.   PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Kekayaan alam laut Indonesia yang luas berpotensi menghasilkan hasil laut yang beraneka ragam dengan jumlah yang cukup besar yaitu sebanyak 6,26 juta ton per tahun. Hasil produksi perikanan laut ( marine fisheries ) di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 mencapai 3,24 %, dimana pada tahun 2012 hasil produksi ikan laut sebanyak 5.829.194 ton. Hasil laut terutama ikan diolah untuk menjadi bahan pangan masyarakat (Purba et al., 2015). Tingkat konsumsi ikan Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2013 mencapai 35,62 kilogram per kapita dari tahun 2012, yaitu sebanyak 33,14 kilogram per kapita (Purba et al., 2015). Indonesia memiliki wilayah perairan tropis yang terkenal kaya dalam perbendaharaan jenis-jenis ikannya. Berdasarkan penelitian dan beberapa literatur diketahui tidak kurang dari 3.000 jenis ikan yang hidup di Indonesia.Dari 3.000 jenis tersebut sebanyak 2.700 jenis (90%) hidup di p

Enzim Transferase

BAB I PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Indonesia mengimpor hampir seluruh kebutuhan enzim (sekitar 90%) dari luar negeri. Dari aspek pasar, kebutuhan enzim di Indonesia terus meningkat sebagaimana dapat dilihat dari nilai impor. Menurut Badan Pusat Statistik, impor untuk produksi farmasetika tahun 2007 adalah sebesar 2,988 trilyun rupiah, tahun 2008 menjadi 3,391 trilyun rupiah dan pada tahun 2011 diperkirakan menjadi 4,55 trilyun rupiah. Kebutuhan enzim dunia terus meningkat yaitu sebesar 6,5% per tahun dan menjadi $5,1 miliar pada tahun 2009 (Trismilah et al. , 2014).   Enzim adalah protein yang berfungsi sebagai katalisator untuk reaksi-reaksi kimia didalam sistem biologi. Katalisator mempercepat reaksi kimia. Walaupun katalisator ikut serta dalam reaksi, ia kembali ke keadaan semula bila reeaksi telah selesai. Enzim adalah katalisator protein untuk reaksi-reaksi kimia pasa sistem biologi. sebagian besar reaksi tersebut tidak dikatalis oleh enzim (Indah, 2004). E