Skip to main content

Elasmobranchii

 

Kuliah dan Anugerah

kuliah

Pendidikan dianggap sebagai salah satu jalan untuk terlepas dari kemiskinan. Pada masa sekarang ini pendidikan merupakan suatu kebutuhan primer, pendidikan memegang peranan penting. Pada saat orang-orang berlomba untuk mengenyam pendidikan setinggi mungkin, tetapi disisi lain ada sebagian masyarakat yang tidak dapat mengenyam pendidikan secara layak, baik dari tingkat dasar maupun sampai ke jenjang yang lebih tinggi. Selain itu ada juga anggota masyarakat yang sudah dapat mengenyam pendidikan dasar namun pada akhirnya putus sekolah juga (Setyawan, 2012 dalam Sidik et al., 2013).


Persepsi dapat diartikan sebagai hasil dari proses mengenali sesuatu hingga sampai pada pandangan atau anggapan seseorang terhadap sesuatu tersebut. Bimo Walgito (2003) dalam Riadi (2016), menyatakan bahwa persepsi adalah suatu kesan terhadap suatu obyek yang diperoleh melalui proses penginderaan, pengorganisasian dan interpretasi terhadap objek oleh individu, sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang terintegrasi pada individu tersebut. Persepsi terhadap sebuah profesi dan berpendidikan pun bervariasi.


Baca Juga: Kepiting Olok Probolinggo


PASRAH TERHALANG BIAYA

Keinginan untuk menuntut ilmu ditentukan tak hanya dari dalam diri. Namun faktor eksternal yang paling besar pengaruhnya adalah faktor ekonomi. Biaya pendidikan yang cukup mahal dirasakan tidak mampu untuk mereka menyekolahkan anak-anaknya (Setiani, 2013 dalam Sidik et al., 2013). Dahulu kala, pendidikan tinggi hanya mampu dimiliki oleh orang-orang bersaldo tinggi. Namun karena kesadaran Pemerintah dan berbagai pihak terhadap hak pendidikan bagi segala bangsa. Maka muncullah berbagai jenis bantuan beasiswa seperti bidikmisi. 


AHLI PROFESI

Program 12 tahun wajib belajar yang dicanangkan pemerintah mengantarkan pada sebagian mimpi pemuda yang harus terkubur karena biaya. Selepas sekolah, harapan orang tua agar anak dapat sedikit meringankan beban di pundak. Mengais pundi-pundi rupiah sekadar mengobati kekurangan dahaga. Zaman dahulu mungkin begitu tetapi saat ini tak berbeda jauh. Meraih pendidikan di perguruan tinggi menjadi salah satu jalan terpenting dalam proses menuju terwujudnya cita-cita. Ingin menjadi dokter, barang tentu harus kuliah di Jurusan Pendidikan Dokter. Beberapa profesi seperti di bidang kesehatan wajib hukumnya memiliki kompetensi yang dibuktikan dari gelar di depan nama (dr., apoteker, ners dan sejenisnya). Bukan alm.!


Untuk sebagian profesi memang tidak mengharuskan adanya sebuah ijazah sebagai persyaratan. Misalnya saja, ingin menjadi seorang desainer grafis tak harus lulusan dari Jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV). Ingin ahli di bidang pemrograman komputer, tak mesti mempunyai gelar Sarjana Komputer. Atau ingin membuat mobil listrik juga tak wajib menyandang status seorang lulusan Teknik Mesin. Namun sukar jadinya jika keinginan tersebut tak dibarengi dengan pengalaman yang mumpuni. Karena banyak ahli dibidangnya tak memiliki gelar, seperti Mark Zuckerberg yang tak sampai menamatkan pendidikannya. Namun pengalaman yang menjadikan pembuktiannya.


MOTIVASI BERDASI

Motivasi berkuliah seringkali dihubungkan dengan adanya masa depan cemerlang. Alhasil banyak siswa yang hanya berorientasi pada akreditasi sebuah perguruan tinggi tanpa memikirkan lebih jauh mengenai jurusan yang akan dipilih. Maka tak heran jika sebagian besar mahasiswa merasa salah jurusan. Bukan hal yang mengagetkan lagi jika mahasiswa akhirnya ogah-ogahan untuk belajar. Belajar adalah usaha yang dilakukan secara sadar untuk merubah sikap dan tingkah lakunya. Dalam upaya mencapai perubahan tingkah laku dibutuhkan motivasi. Motivasi merupakan salah satu faktor yang mendorong siswa untuk mau belajar. Motivasi belajar dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik (keadaan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar) dan motivasi ekstrinsik (keadaan yang datang dari luar individu siswa yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar) (Emda, 2017).


Motivasi yang mengacu pada hal-hal yang termasuk dalam proses motivasi dalam orientasi masa depan. Motivasi ini berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai di masa depan. Motivasi ini meliputi motif, minat dan tujuan. Sebagian besar motif, minat dan tujuan individu berorientasi kemasa depan (Yusuf, 2010 dalam Anwar, 2017). Kesalahan mengelola motivasi berakhir pada penyesalan. Karena kesalahan diawal, mahasiswa lebih memutuskan untuk sekadar menyelesaikan tanggung jawab. Dan pada akhirnya mahasiswa hanya menginginkan sebuah kelulusan semata. Jadi bukan rahasia lagi jika banyak lulusan perguruan tinggi yang akhirnya bekerja diluar bidang ilmunya. Selain ada beberapa bidang yang memiliki kesempatan kerja yang masih minim. Banyak pula yang harus mengernyitkan dahi karena tak memiliki modal keahlian dalam bidangnya.  


KEGAGALAN

Mahasiswa sebagai subjek yang menuntut ilmu di perguruan tinggi tidak akan pernah terlepas dari aktivitas belajar dan keharusan mengerjakan tugas-tugas kuliah. Salah satu kriteria mahasiswa yang berhasil adalah mahasiswa yang memiliki kemampuan mengatur waktu yang tepat dan memiliki batas waktu untuk setiap pengerjaan tugasnya. Selanjutnya, di dalam proses belajar di perguruan tinggi mahasiswa dituntut untuk mandiri dengan segala aktivitas yang berhubungan dengan proses pembelajaran. Terutama ketika mereka akan menulis skripsi penguasaan literasi informasi harus sudah dikuasai (Anwar, 2017). 


Kemampuan mengatur waktu secara tepat ini tidak dimiliki oleh semua mahasiswa, banyak mahasiswa yang mengeluh karena tidak dapat membagi waktu kapan harus memulai dan mengerjakan sesuatu sehingga waktu yang seharusnya dapat bermanfaat terbuang dengan percuma. Masalah-masalah yang muncul selama proses mengerjakan tugas kuliah merupakan konsekuensi yang harus dihadapi oleh setiap mahasiswa. Selain mengatur waktu, perilaku mahasiswa yang menjadi kendala dalam bidang akademik, yaitu penundaan. Prokrastinasi, yaitu suatu kecenderungan untuk menunda-nunda dalam memulai maupun menyelesaikan suatu tugas secara keseluruhan untuk melakukan aktivitas lain yang tidak berguna sehingga kinerja menjadi terhambat (Anwar, 2017).


Berbagai alasan menunjukkan perilaku mahasiswa yang melupakan makna kuliah. Mengingat perjuangan untuk dapat duduk di bangku perguruan tinggi. Persaingan cukup ketat antarsiswa untuk mengubah statusnya menjadi mahasiswa. Misalnya saja pada tahun 2019, dari seluruh pendaftar SNMPTN ada 380 ribuan siswa gagal. Keinginan mengenakan almamater kampus ternama. Hingga tak memperdulikan bidang ilmu apa yang akan diterima. Tak heran jika sekitar 87% mahasiswa Indonesia merasa salah jurusan. Jangan sampai nanti berharap anugerah malah jadi petaka!


Referensi:

Anwar, S. 2017. Perilaku mahasiswa jurusan ilmu perpustakaan dalam menyelesaikan tugas-tugas mata kuliah. Skripsi. Program Studi Ilmu Perpustakaan, Jurusan Ilmu Perpustakaan, Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Alauddin Makassar.

Emda, A. 2017. Kedudukan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran. Lantanida Journal. 5 (2): 93-196.

Jpnn.com. Pengumuman SNMPTN 2019 dipercepat: 380 ribuan siswa gagal. 2019. https://www.jpnn.com/amp/news/pengumuman-snmptn-2019-dipercepat-380-ribuan-siswa gagal/. Diakses tanggal 18 Juli 2019 pukul 19:12 WIB.

Riadi, B. 2016. Persepsi dan motivasi mahasiswa dalam memilih program studi pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni. Jurnal Pesona. 2 (1): 138-148.

Sidik, S., W. Adi P. dan K. A. Putrikita. 2013. Motivasi menentukan dan meraih cita-cita bagi remaja. Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan. 2 (1): 23-26.

Comments

Popular posts from this blog

Teknik Pendinginan Produk Perikanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1         Latar Belakang Setelah meratifikasi Montreal Protocol pada tahun 1992 dan Kyoto Protocol pada tahun 1996, Indonesia juga tidak luput dari permasalahan global yang dihadapi oleh industri pendinginan dunia sebagai dampak dari kedua perjanjian internasional di atas. Dengan demikian, penelitian di bidang refrigeran dan pendinginan sangat penting dan bermanfaat dilakukan di Indonesia. Jenis refrigeran yang cocok diteliti kemungkinan pemakaiannya di lndonesia adalah refrigeran hidrokarbon, karena selain bersifat alami (natural) hidrokarbon juga tersedia sebagai sumber daya alam yang relatif besar. Penggunaan refrigeran hidrokarbon juga dapat menghemat energi bila dibanding refrigeran R12 (Maclaine dan Leonardi, 1997 dalam Sihaloho dan Tambunan, 2005 ). Aisbett dan Pham (1998) dalam Sihaloho dan Tambunan (2005) menyatakan bahwa penggunaan hidrokarbon sebagai refrigeran pengganti CFC dan HFC dapatmemberikan penghematan biaya yang signifikan untuk

Ikan Sebelah (Psettodes erumei)

1.   PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Kekayaan alam laut Indonesia yang luas berpotensi menghasilkan hasil laut yang beraneka ragam dengan jumlah yang cukup besar yaitu sebanyak 6,26 juta ton per tahun. Hasil produksi perikanan laut ( marine fisheries ) di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 mencapai 3,24 %, dimana pada tahun 2012 hasil produksi ikan laut sebanyak 5.829.194 ton. Hasil laut terutama ikan diolah untuk menjadi bahan pangan masyarakat (Purba et al., 2015). Tingkat konsumsi ikan Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2013 mencapai 35,62 kilogram per kapita dari tahun 2012, yaitu sebanyak 33,14 kilogram per kapita (Purba et al., 2015). Indonesia memiliki wilayah perairan tropis yang terkenal kaya dalam perbendaharaan jenis-jenis ikannya. Berdasarkan penelitian dan beberapa literatur diketahui tidak kurang dari 3.000 jenis ikan yang hidup di Indonesia.Dari 3.000 jenis tersebut sebanyak 2.700 jenis (90%) hidup di p

Enzim Transferase

BAB I PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Indonesia mengimpor hampir seluruh kebutuhan enzim (sekitar 90%) dari luar negeri. Dari aspek pasar, kebutuhan enzim di Indonesia terus meningkat sebagaimana dapat dilihat dari nilai impor. Menurut Badan Pusat Statistik, impor untuk produksi farmasetika tahun 2007 adalah sebesar 2,988 trilyun rupiah, tahun 2008 menjadi 3,391 trilyun rupiah dan pada tahun 2011 diperkirakan menjadi 4,55 trilyun rupiah. Kebutuhan enzim dunia terus meningkat yaitu sebesar 6,5% per tahun dan menjadi $5,1 miliar pada tahun 2009 (Trismilah et al. , 2014).   Enzim adalah protein yang berfungsi sebagai katalisator untuk reaksi-reaksi kimia didalam sistem biologi. Katalisator mempercepat reaksi kimia. Walaupun katalisator ikut serta dalam reaksi, ia kembali ke keadaan semula bila reeaksi telah selesai. Enzim adalah katalisator protein untuk reaksi-reaksi kimia pasa sistem biologi. sebagian besar reaksi tersebut tidak dikatalis oleh enzim (Indah, 2004). E