Skip to main content

Elasmobranchii

 

Cinta Tak Selalu Abadi

cinta-tak-selalu-abadi

Artikel ini berisi:

  1. JENIS CINTA

  2. SEGITIGA CINTA BUKAN CINTA SEGITIGA

  3. BAHASA CINTA

  4. BOSAN YANG MEMBARA


Cinta akan selalu menjadi topik yang digandrungi oleh setiap kalangan, baik yang muda maupun yang tua, terbukti dari lirik lagu, drama, teater, puisi, sajak, komik, novel, bahkan gosip tentang cinta (Wisnuwardhani, 2012 dalam Ariyati dan Nuqul, 2016). Kata Rhoma Irama dalam lagunya yang berjudul Kata Pujangga, “hidup tanpa cinta bagai taman tak berbunga”. Seakan mengamini bahwa tak ada manusia yang mampu hidup tanpa cinta.


Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup dalam hubungan (relationship) dengan manusia lainnya, sehingga kehidupan yang dilakukan oleh manusia yang satu akan mempengaruhi yang lainnya. Hubungan manusia yang satu dan yang lainnya dapat berupa hubungan manusia antar lawan jenis atau hubungan antara sesama jenis. Hubungan manusia satu dengan yang lainnya tersebut mempunyai tingkat kebutuhan dan bentuk hubungan yang berbeda pada masing-masing hubungan (Azhar, 2014). Cinta bisa kepada suami, istri, ayah, ibu atau sahabat bahkan hewan peliharaan. Semua hal bisa dijadikan objek cinta. Semua jenis cinta yang diungkapkan manusia sama-sama penting, tak ada cinta yang paling atau terpenting.


Baca Juga : Ketakutan Terbesarku


JENIS CINTA 

Menurut Saraswati (2008), cinta dapat dibedakan berdasarkan jenis-jenisnya sebagai berikut.

  1. Cinta Persaudaraan 

Jenis cinta yang paling fundamental yang mendasari segala tipe cinta ialah cinta persaudaraan. Didalam cinta persaudaraan ada pengalaman kesatuan dengan segala manusia, pengalaman solidaritas manusiawi dan pengalaman solidaritas kemanusiaan.

  1. Cinta Keibuan 

Cinta keibuan adalah penguatan tanpa syarat terhadap hidup dan kebutuhan-kebutuhan anak. Penguatan (afirmasi) hidup anak mempunyai dua segi, pertama perhatian dan tanggung jawab dan yang kedua adalah sikap yang menanamkan ke dalam si anak, cinta akan kehidupan yang memberinya perasaan: tentang hidup, tentang adanya jenis kelamin, tentang adanya dunia.

  1. Cinta Erotis 

Dari hakikatnya cinta ini bersifat eksklusif dan tidak universal. Keinginan seksual menuju pada peleburan. Keinginan seksual bisa jadi didorong oleh kecemasan karena kesepian.

  1. Cinta Diri Sendiri 

Pada prinsipnya cinta itu tidak terbagi sejauh hubungan antara objek dan diri seseorang dilibatkan. Peneguhan hidup seseorang, kebahagiaannya, pertumbuhannya, kebebasannya berakar dalam kemampuannya untuk mencintai, yaitu dalam perhatian, hormat, tanggung jawab dan pengetahuan. 

  1. Cinta Terhadap Tuhan 

Cinta terhadap Allah merupakan cinta yang agung yang berbeda dengan cinta kepada manusia. Ia telah mencapai kerendahan hati untuk merasakan keterbatasan-keterbatasannya sampai pada derajat menyadari bahwa ia tidak tahu menahu tentang Allah. Baginya Allah menjadi simbol dari apa yang diperjuangkannya yaitu kerajaan dunia rohani, kerajaan cinta, kebenaran dan keadilan.



SEGITIGA CINTA BUKAN CINTA SEGITIGA

Menyatakan perasaan cinta tak melulu soal mengumumkan kepada publik. Melakukan prosesi pengikatan janji secara terang-terangan dengan berlutut dihadapan pasangan. Ada beberapa orang yang lebih menyukai keintiman dan privasi. Ada pula yang hanya mengharapkan sebuah sentuhan sensual. Tak jarang juga lebih mengedepankan ikatan komitmen.


Sternberg (1986) dalam Indriastuti dan Nawangsari (2014) menyatakan dalam teorinya tentang segitiga cinta (The Triangular Theory of Love) bahwa cinta itu terdiri dari tiga komponen utama, yaitu intimacy, passion dan commitment

  1. Intimacy merupakan elemen emosional dimana meliputi perasaan yang menujukkan adanya kedekatan, keterikatan dan keterkaitan secara emosional kepada pasangan. 

  2. Passion atau gairah, dimana merupakan elemen motivasional dipenuhi hasrat yang mengacu pada romantisme, ketertarikan secara fisik dan seksual dalam hubungan cinta. 

  3. Commitment merupakan elemen kognitif dari cinta yang dalam jangka pendek mengacu pada keputusan seseorang untuk mencintai pasangannya dan untuk jangka panjang mengacu pada komitmen seseorang untuk menjaga serta mempertahankan cintanya. 



BAHASA CINTA

Chapman (2010) dalam Surijah et al. (2018), mengatakan bahwa terdapat lima bahasa cinta (five love languages). 1) Words of Affirmation, berupa pemberian kata-kata yang mengandung kasih sayang, kata-kata yang bersifat positif kepada orang-orang yang dikasihi. 2) Quality Time, berupa pemberian perhatian sepenuhnya ketika sedang bersama pasangan. 3) Acts of Service, beberapa orang akan merasa dicintai ketika mendapatkan bantuan dan uluran tangan dari pasangan. 4) Receiving Gifts, seseorang yang memiliki bahasa cinta ini akan merasa dicintai ketika pasangan memberikan hadiah. 5) Physical Touch adalah bahasa cinta yang berupa keintiman, perasaan dicintai dan dilindungi bila mendapat sentuhan fisik. 


Perbedaan kadar cinta mempunyai banyak faktor penyebab, salah satu diantaranya karena adanya pengaruh dari tipe kepribadian. Kepribadian memang bersifat unik, sehingga tidak ada satu orangpun yang sama persis dengan orang yang lain. Hartman (2004) dalam Setiawan (2014), membagi tipe kepribadian menurut empat aspek dominan didalam alam – api, tanah, air dan udara. Atas dasar ini kemudian ia membedakan empat tipe kepribadian orang menurut kode warna, yaitu tipe kepribadian merah, biru, putih dan kuning.

  1. Tipe merah adalah tipe kepribadian yang paling rendah keintimannya karena begitu penuh tekad dan produktif sehingga keintiman diabaikan atau disangkal sebagai bukan hal penting.

  2. Tipe biru cenderung merasakan komitmen emosional yang mendalam pada orang. 

  3. Tipe putih merasa mudah menerima dan mencintai orang-orang yang dijumpai. Putih komit tanpa banyak ribut dalam hubungan.

  4. Tipe kuning mempunyai kadar komitmen yang paling rendah, menyukai kesenangan dan tidak suka dikekang. 



BOSAN YANG MEMBARA

Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana manusia mampu bertahan dengan komitmennya terhadap cinta? Jika kita ketahui bahwa manusia sebagai penikmat visual akan tertarik dengan sesuatu yang indah. Penampilan selalu dipersepsikan sebagai karakteristik positif yang mempengaruhi ketertarikan. Berbagai macam stereotip secara konsisten diasosiasikan dengan penampilan. Pada umumnya, orang percaya bahwa laki-laki dan perempuan yang menarik tampil lebih tenang, menyenangkan, mudah bersosialisasi, mandiri, dominan, menggairahkan, seksi, mampu menyesuaikan diri, mudah menyesuaikan diri dan sukses. Dibanding laki-laki dan perempuan yang tidak menarik. Secara keseluruhan, seperti yang ditemukan oleh Psikolog sosial pada tiga dekade yang lalu, sebagian besar orang berasumsi bahwa “apa yang indah adalah baik” (Dion et a.l, 1973 dalam Azhar, 2014). Atau kalau menurut netizen yang budiman adalah “keadilan sosial bagi rakyat good looking. Apakah dengan menemukan sesuatu yang lebih indah akan meningkatkan kemungkinan seseorang pindah ke lain hati?


Sempat menemukan kata-kata yang cukup menggelitik. Kita ketahui bahwa semua yang ada di dunia ini hanyalah titipan Tuhan. Termasuk pula pasangan atau seseorang yang begitu sangat kita cintai. Karena pasangan merupakan titipan, tentunya hanya ada dua kemungkinan ia akan diambil. Pertama, pasangan akan dipanggil Yang Maha Kuasa (meninggal). Dan kedua, pasangan akan dipanggil orang lain alias selingkuh. Sekarang bukan hanya satu sisi yang berusaha mati-matian mempertahankan sebuah hubungan. Kedua belah pihak harus mampu bekerja sama.


“Mengulik lebih jauh mengenai cinta. Apakah cinta bisa tetap abadi? Mencintai seorang pasangan maka harus pula siap akan kehilangan. Mencintai orang tua juga harus siap dengan rentang waktu karena usia. Mencintai sahabat harus siap sedia ditinggal memilih yang lain atau memiliki seorang kekasih. Ingatlah bahwa setiap ada pertemuan, akan ada perpisahan. Lantas masih pantaskah ungkapan yang menyatakan bahwa Cinta Itu Abadi? Jangan lupakan bahwa kita sudah sendiri saat menjadi janin. Dan kita juga akan berkalang tanah dengan keheningan saat menghadapi kematian. Sudah menjadi kodratnya bahwa manusia harus terbiasa dengan kesendirian. Jika siap mencintai juga harus siap ditinggal pergi. Janganlah terlalu berharap dengan cinta yang katanya abadi itu.


Ternyata mencintai bukanlah cara untuk berbahagia. Mencintai tak lain cuma percobaan-percobaan kecil untuk melukai diri agar kelak tabah menghadapi luka-luka yang lebih besar, kekasih…

  • Sujiwo Tejo -


Referensi:

Ariyati, R. A. dan F. L. Nuqul. 2016. Gaya cinta (love style) mahasiswa. Jurnal Psikoislamika. 13 (2): 29-38.

Azhar. 2014. Peranan daya tarik fisik terhadap perasaan cinta pada lelaki yang memiliki wanita dengan tunanetra. E-Journal Psikologi. 2 (1): 92-99.

Indriastuti, I. dan N. A. F. Nawangsari. 2014. Perbedaan cinta (intimacy, passion, commitment) ditinjau dari lamanya usia perkawinan pada istri yang bekerja. Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi. 3 (3): 151-157.

Saraswati, E. Makna cinta dalam novel Dari Lembah Ke Coolibah karya Titis Basino: Sebuah Telaah Semiotis. Jurnal Artikulasi. 6 (2): 258-269.

Setiawan, Y. 2014. Kesempurnaan cinta dan tipe kepribadian kode warna. Jurnal Psikologi Indonesia. 3 (1): 90-96.

Surijah E. A., K. D. A. Putri, D. Waruwu dan N. T. Aryanata. 2018. Studi psikologi indigenous konsep bahasa cinta. Jurnal Psikologi Ilmiah Intuisi. 10 (2): 102-122.

Comments

Popular posts from this blog

Teknik Pendinginan Produk Perikanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1         Latar Belakang Setelah meratifikasi Montreal Protocol pada tahun 1992 dan Kyoto Protocol pada tahun 1996, Indonesia juga tidak luput dari permasalahan global yang dihadapi oleh industri pendinginan dunia sebagai dampak dari kedua perjanjian internasional di atas. Dengan demikian, penelitian di bidang refrigeran dan pendinginan sangat penting dan bermanfaat dilakukan di Indonesia. Jenis refrigeran yang cocok diteliti kemungkinan pemakaiannya di lndonesia adalah refrigeran hidrokarbon, karena selain bersifat alami (natural) hidrokarbon juga tersedia sebagai sumber daya alam yang relatif besar. Penggunaan refrigeran hidrokarbon juga dapat menghemat energi bila dibanding refrigeran R12 (Maclaine dan Leonardi, 1997 dalam Sihaloho dan Tambunan, 2005 ). Aisbett dan Pham (1998) dalam Sihaloho dan Tambunan (2005) menyatakan bahwa penggunaan hidrokarbon sebagai refrigeran pengganti CFC dan HFC dapatmemberikan penghematan biaya yang signifikan untuk

Ikan Sebelah (Psettodes erumei)

1.   PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Kekayaan alam laut Indonesia yang luas berpotensi menghasilkan hasil laut yang beraneka ragam dengan jumlah yang cukup besar yaitu sebanyak 6,26 juta ton per tahun. Hasil produksi perikanan laut ( marine fisheries ) di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 mencapai 3,24 %, dimana pada tahun 2012 hasil produksi ikan laut sebanyak 5.829.194 ton. Hasil laut terutama ikan diolah untuk menjadi bahan pangan masyarakat (Purba et al., 2015). Tingkat konsumsi ikan Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2013 mencapai 35,62 kilogram per kapita dari tahun 2012, yaitu sebanyak 33,14 kilogram per kapita (Purba et al., 2015). Indonesia memiliki wilayah perairan tropis yang terkenal kaya dalam perbendaharaan jenis-jenis ikannya. Berdasarkan penelitian dan beberapa literatur diketahui tidak kurang dari 3.000 jenis ikan yang hidup di Indonesia.Dari 3.000 jenis tersebut sebanyak 2.700 jenis (90%) hidup di p

Enzim Transferase

BAB I PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Indonesia mengimpor hampir seluruh kebutuhan enzim (sekitar 90%) dari luar negeri. Dari aspek pasar, kebutuhan enzim di Indonesia terus meningkat sebagaimana dapat dilihat dari nilai impor. Menurut Badan Pusat Statistik, impor untuk produksi farmasetika tahun 2007 adalah sebesar 2,988 trilyun rupiah, tahun 2008 menjadi 3,391 trilyun rupiah dan pada tahun 2011 diperkirakan menjadi 4,55 trilyun rupiah. Kebutuhan enzim dunia terus meningkat yaitu sebesar 6,5% per tahun dan menjadi $5,1 miliar pada tahun 2009 (Trismilah et al. , 2014).   Enzim adalah protein yang berfungsi sebagai katalisator untuk reaksi-reaksi kimia didalam sistem biologi. Katalisator mempercepat reaksi kimia. Walaupun katalisator ikut serta dalam reaksi, ia kembali ke keadaan semula bila reeaksi telah selesai. Enzim adalah katalisator protein untuk reaksi-reaksi kimia pasa sistem biologi. sebagian besar reaksi tersebut tidak dikatalis oleh enzim (Indah, 2004). E