Skip to main content

Elasmobranchii

 

Langitku Runtuh


langitku runtuh

Nasib baik si kura-kura, hewan menggemaskan. Ia memiliki umur panjang hingga ratusan tahun. Ia pun punya tempurung gratis yang menjadi rumahnya. Siapa sangka, kura-kura mungil nan lucu itu terus melangkah kecil. Ia harus melewati pecahan beling. Jarum-jarum dan paku seolah mengejarnya. Semakin hari semakin gelap yang ia rasakan. Tak ada matahari yang biasanya bersinar dengan cahaya cantiknya. “Kemanakah engkau kawanku?”, sang kura-kura menatap langit bertanya keberadaan matahari. Kura-kura juga menyadari bahwa semilir kesejukan angin menghilang. Awan putih nan bersih yang terus menemani harinya mulai menghitam. Tak lama, sang awan mengeluarkan semua simpanan airnya. Kura-kura hanya mampu menatap kebiruan langit yang menggelap. Rintik hujan menderu bersautan dengan batuan meteor yang menyusul. “Duh”, ia terus menghela napasnya panjang-panjang. Udaranya tak lagi menyegarkan. Ia memutuskan untuk bersembunyi dalam tempurung yang selalu dibawa kemanapun pergi. Ia bergumam dengan dirinya sendiri. Ia menghapus peluh dan air matanya. Menyanyikan secuil dari sebuah lagu berjudul Listen Before I Go.

I’m leaving soon
Sorry, can’t save me now
Sorry, I don’t know how
Sorry, there’s no way out

Baca Juga : Menulis Artikel

Kura-kura hanya tertawa, mengatakan listen/dengarkan kepada dirinya sendiri. Diiringi alunan merdu terompet sangkakala ia terus melantunkan nyanyian. Ia melanjutkan perjalanannya seorang diri. Ia terus bertanya, kapankah bidadari akan menjemputnya. “Jemputlah aku menuju negeri dongengmu. Bawa aku terbang bersamamu. Aku takut, aku berani, aku kuat, aku hancur”. Ia kembali tertawa, menyerah itu menyenangkan juga ternyata. Ia melewati benang tipis yang menghadang. Kaki-kaki telanjangnya tergores dan kulit pelindung tubuhnya mulai robek. Tempurungnya sedikit demi sedikit hancur berkeping-keping. “Oh tidak, sudah cukup, but I’m okay 😊”, ia kembali berujar. Tahun berganti tetapi darahnya tak pernah berhenti. Kemana lagi ia akan melangkah? Sekali lagi ia menatap langit yang selama ini bersama. Ia akan merindukan matahari yang cerah, langit biru dan angin yang sejuk. Ia memutuskan untuk menutup matanya, lalu ia berkata “manakah surga yang engkau janjikan?”.

Comments

Popular posts from this blog

Ikan Sebelah (Psettodes erumei)

1.   PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Kekayaan alam laut Indonesia yang luas berpotensi menghasilkan hasil laut yang beraneka ragam dengan jumlah yang cukup besar yaitu sebanyak 6,26 juta ton per tahun. Hasil produksi perikanan laut ( marine fisheries ) di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 mencapai 3,24 %, dimana pada tahun 2012 hasil produksi ikan laut sebanyak 5.829.194 ton. Hasil laut terutama ikan diolah untuk menjadi bahan pangan masyarakat (Purba et al., 2015). Tingkat konsumsi ikan Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2013 mencapai 35,62 kilogram per kapita dari tahun 2012, yaitu sebanyak 33,14 kilogram per kapita (Purba et al., 2015). Indonesia memiliki wilayah perairan tropis yang terkenal kaya dalam perbendaharaan jenis-jenis ikannya. Berdasarkan penelitian dan beberapa literatur diketahui tidak kurang dari 3.000 jenis ikan yang hidup di Indonesia.Dari 3.000 jenis tersebut sebanyak 2.700 jenis (90%) hidup di p

Teknik Pendinginan Produk Perikanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1         Latar Belakang Setelah meratifikasi Montreal Protocol pada tahun 1992 dan Kyoto Protocol pada tahun 1996, Indonesia juga tidak luput dari permasalahan global yang dihadapi oleh industri pendinginan dunia sebagai dampak dari kedua perjanjian internasional di atas. Dengan demikian, penelitian di bidang refrigeran dan pendinginan sangat penting dan bermanfaat dilakukan di Indonesia. Jenis refrigeran yang cocok diteliti kemungkinan pemakaiannya di lndonesia adalah refrigeran hidrokarbon, karena selain bersifat alami (natural) hidrokarbon juga tersedia sebagai sumber daya alam yang relatif besar. Penggunaan refrigeran hidrokarbon juga dapat menghemat energi bila dibanding refrigeran R12 (Maclaine dan Leonardi, 1997 dalam Sihaloho dan Tambunan, 2005 ). Aisbett dan Pham (1998) dalam Sihaloho dan Tambunan (2005) menyatakan bahwa penggunaan hidrokarbon sebagai refrigeran pengganti CFC dan HFC dapatmemberikan penghematan biaya yang signifikan untuk

TVBN, TMA, TMAO dan Histamin

BAB I PENDAHULUAN 1.1         Latar Belakang Sebagai negara maritim, Indonesia memiliki garis pantai sepanjang kurang lebih 81.000 km. Luas wilayah laut, termasuk di dalamnya Zona ekonomi Eksklusif mencakup 5,8 juta kilometer persegi (Dahuri, 2001 dalam Haryono, 2005). Di dalam wilayah laut dan pesisir tersebut terkandung kekayaan sumber daya laut yang amat besar, mulai dari ikan, kepiting, udang, kerang dan berbagai sumber daya laut lainnya yang siap untuk dieksploitasi nelayan. Secara teoritis, dengan kekayaan laut yang demikian besar, nelayan mampu hidup berkecukupan (Haryono, 2005). Ikan dikenal sebagai suatu komoditi yang mempunyai nilai gizi tinggi namun mudah busuk karena mengandung kadar protein yang tinggi dengan kandungan asam amino bebas yang digunakan untuk metabolisme mikroorganisme, produksi amonia, biogenik amin, asam organik, keton dan komponen sulfur (Liu et al. 2010 dalam Radjawane et al. , 2016). Ikan termasuk dalam kategori makanan yang cepat busuk