Bagi siswa yang ingin
mewujudkan cita-citanya melalui proses belajar di bangku kuliah. Perjuangan menjadi
mahasiswa pasti dirasakan semua siswa di seluruh dunia. Proses seleksi masuk
perguruan tinggi mulai dari SNMPTN/PMDK,
SBMPTN/UMPN dan mandiri. Dari Seleksi Bersama Masuk Perguruan
Tinggi Negeri (SBMPTN) 2019 secara nasional dengan total jumlah peserta sebanyak 714.652. Mahasiswa yang akan diterima sekitar 162.038 orang atau
minimal 40 persen dari daya tampung masing-masing Perguruan Tinggi Negeri.
Artinya, ada 552.614 peserta yang dipastikan akan gagal di SBMPTN 2019. Begitu ketat seleksi
untuk menembus bangku perguruan tinggi ternama di Indonesia.
Setelah resmi
dinyatakan sebagai mahasiswa, perjuangan tidak berhenti begitu saja. Mulai dari
permasalahan akademik, non akademik, keuangan, keluarga bahkan soal percintaan,
eh. Saat memasuki jenjang
perkuliahan tentunya dibarengi dengan harapan berupa kelulusan. Ada yang terlarut
dengan indahnya masa-masa menjadi seorang mahasiswa hingga lupa pada jatah
waktunya sebelum drop out (DO). Ada yang
disibukkan dengan penelitian dan carut-marut revisi tugas akhir bersama dosen pembimbing.
Ada yang masih berjuang mencari pundi-pundi rupiah untuk membayar UKT setiap semester
dan akhirnya terlupa dengan apa itu skripsi. Adapula mahasiswa dengan jurusan
tertentu yang dicap “susah masuknya, juga susah keluarnya”. Dari berbagai fase
yang dihadapi mahasiswa dengan berbagai macam jenis persoalannya. Hanya satu impian yang sama untuk
direalisasikan, yaitu lulus kuliah. Selain memperoleh gelar dibelakang nama,
mendapatkan ijazah bukanlah hal yang munafik untuk diungkapkan. Setelah
menghadapi berbagai macam masalah, saatnya melihat diri untuk bahagia dengan
perjuangan selama ini melalui tahap kelulusan.
Baca Juga : Menulis Skripsi
Saat melaksanakan kewajiban
berupa skripsi. Pastinya mahasiswa akan dihadapkan dengan ujian/sidang skripsi
atau bisa juga disebut kompre (komprehensif) di beberapa kampus. Ada mahasiswa yang
dengan mudah menjawab segala pertanyaan dosen penguji. Ada pula yang harus
menyesali diri karena terpaksa mengulang sidang. Setelah benar-benar dinyatakan
lulus skripsi. Perasaan bahagia begitu memuncak. Ucapan selamat karena sudah
mampu melewati segala tahapan perskripsian yang memuakkan itu. Walaupun belum
resmi, menyandang gelar yang selama ini diidamkan. Dan pada akhirnya akan
dinyatakan secara resmi lulus kuliah melalui proses yudisium. Memperoleh SKL
(Surat Keterangan Lulus) sebagai pernyataan akan kelulusan. Namun ada satu hal sebagai
tujuan utama yang menyatakan sebagai
mantan mahasiswa, yaitu berupa seremonial wisuda.
Menantikan aktivitas formal
yang menyatakan mahasiswa sebagai seorang alumni. Antrian hingga bulanan
lamanya untuk proses memindahkan tali dari kiri ke kanan. Berlomba-lomba
menghias diri dengan pakaian nasional yang menawan. Menggunakan make up mulai dari model natural hingga bold. Berjabat tangan dengan rektor.
Memperoleh berbagai macam hadiah, mulai dari buket bunga mawar putih, makanan
hingga ucapan selamat dari kekasih. Membawa rombongan mulai dari keluarga inti
hingga keluarga besar. Berfoto ria dengan berbagai pose yang mengagumkan. Momen wisuda tak akan bisa dilupakan oleh
semua mantan mahasiswa. Mungkin beda cerita jika datang dengan naik ojek
dan tanpa riasan sekadar lipstick dan
bedak. Tanpa harus menanggung beban beratnya bulu mata palsu. Tak perlu
mengajak keluarga untuk datang. Mungkin akan lebih menyenangkan sekaligus
menimalisir pengeluaran. Mengikuti prosesi wisuda dengan cara yang unik dan beda
daripada yang biasanya. Karena nyatanya makna wisuda hanyalah sebagai proses pengambilan ijazah dari pihak kampus.
Pernyataan resmi menjadi seorang sarjana
pengangguran. Bahagianya hanya sehari dan akhirnya menjadi masyarakat
sesungguhnya.
Melihat kawan-kawan sudah menjadi
seorang mahasiwa pasca sarjana atau yang bangga dengan pekerjaannya. Dibingungkan
dengan beberapa pertanyaan, “mending
kerja atau S2 dulu, ya?”. Atau memilih menikah saja? Mulai dari keinginan
berkuliah lagi untuk “mempertahankan gelar pengangguran lebih lama” dengan
kembali menyandang status sebagai mahasiswa. Persiapan tidak main-main dari
mencari informasi beasiswa hingga mengikuti tes TOEFL/IELTS sebagai persyaratan.
Rela belajar bahasa inggris lebih intens untuk memperoleh beasiswa kuliah baik
dalam maupun luar negeri.
Memilih untuk bekerja? Melihat
teman dengan jabatan dan penghasilan tinggi di sebuah perusahaan yang cukup
bonafit. Berkutat dengan amplop cokelat, apply
lamaran sana-sini. Keluar masuk perusahaan, tes tulis, tes psikotes dan
hanya berakhir pada wawancara HR atau user
tanpa ada panggilan lagi untuk tanda tangan kontrak kerja. Pekerjaan yang
sesuai bidang ilmu hanya bisa dihitung dengan jari. Alhasil lebih memilih pekerjaan
yang melenceng jauh tak ada sangkut-pautnya dengan gelar yang disandang. Karena
tuntutan ekonomi atau sekadar mencari pengalaman atau memang sudah pasrah
dengan keadaan. Dan tak mau menanggung malu lebih lama karena menganggur. Berburu
informasi tentang job fair dan
meminta bantuan teman atau saudara yang sudah bekerja atau dengan kata lain dengan
“the
power of orang dalam”. Untuk poin ini memanglah jawaban dari segala
kesukaran. Ada quote yang mengatakan
bahwa 3 hal utama yang dapat mengantarkanmu menuju jalan kesuksesan. Yaitu harta, tahta dan orang dalam. Bahkan untuk
orang-orang yang selama ini berjuang dengan segala peluh dan darah yang menetes
akan terkalahkan dengan yang namanya orang dalam. Sabarlah kawan, “dunia memanglah tidak adil. Tidak adil
bagi orang yang susah alias orang tak
punya”.
Merasa menyesal lulus lebih
cepat atau tepat waktu. “Ternyata lebih
enak kuliah daripada lulus”. Merasa ilmu yang dipelajari selama 4 tahun
tidak ada gunanya. Ikut lomba sana-sini, menjadi pengurus organisasi, magang,
asisten praktikum dan aktif dalam kegiatan sosial seperti tak ada gunanya dicantumkan
di CV (Curriculum Vitae). Hingga
muncullah pertanyaan, “apa yang salah
dari diri ini?”. Membandingkan pencapaian diri-sendiri dengan teman seperjuangan
di kampus. Diusia 20 tahun keatas sudah saatnya mandiri dari segala hal
termasuk finansial. Jangan terus berada dibawah ketiak orang tua. Orang tua
selama ini membanting tulang demi menyekolahkan anak pastinya ingin melihat
sang anak menapaki tangga kesuksesan. Belum lagi ditanya kapan nikah? Selamat
menikmati…
Referensi:
Masukkampus. 2019. Kuota SBMPTN hanya 40% 552.614
peserta dipastikan gagal. https://news.masukkampus.com/2019/06/26/kuota-sbmptn-hanya-40-552-614-peserta-dipastikan-gagal/. Diakses pada 18 Januari 2020
pukul 00:00 WIB.
Wardhani, P. 2016. Setelah euforia wisuda dan jadi
sarjana, ragam suka duka inilah yang akan kamu rasa!. https://www.hipwee.com/hiburan/setelah-euforia-wisuda-dan-jadi-sarjana-ragam-suka-duka-inilah-yang-akan-kamu-rasa/. Diakses pada 14 Januari 2020
pukul 12:00 WIB.
Comments
Post a Comment