Memperoleh fasilitas pendidikan terbaik adalah dambaan
semua siswa di dunia. Menjadi manusia
berpendidikan seringkali diukur dari seberapa banyak gelar yang ada di belakang
maupun di depan nama. Gelar tersebut bisa didapat hanya dengan proses belajar
di perguruan tinggi. Jumlah perguruan tinggi negeri di Indonesia jumlahnya
tetap namun permintaan siswa yang ingin menjadi bagiannya terus meningkat. Persaingan semakin ketat untuk
memperebutkan bangku perguruan tinggi. Dengan tingginya permintaan tentunya
dibarengi dengan peningkatan harga. Biaya kuliah yang tak sama dengan
pendidikan sekolah yang bisa mencapai ratusan juta untuk jurusan tertentu.
Membuat orang tua para calon mahasiswa harus memutar otak untuk membayar UKT
(Uang Kuliah Tunggal) buah hatinya. Beruntungnya, semakin hari jumlah penawaran
bantuan biaya pendidikan melalui program beasiswa digelontorkan. Mulai tawaran
dari instansi pemerintah hingga perusahaan swasta. Sayangnya kebanyakan
beasiswa dari perusahaan swasta diberikan kepada mahasiswa yang telah menempuh
pendidikan minimal semester 3. Dan tentunya harus memiliki prestasi baik
akademik maupun non akademik sebagai nilai tambah. Sehingga mahasiswa
diwajibkan membayar biaya kuliah untuk tahun pertama, biaya pendaftaran bahkan
uang gedung.
Baca Juga : Tips dan Trik Skripsi
Jarang terdengar beasiswa yang ditawarkan bersamaan
dengan proses seleksi masuk perguruan tinggi. Salah satu beasiswa yang terkenal
bagi para siswa di Indonesia ini, yaitu Beasiswa Bidikmisi. Bidikmisi adalah bantuan
biaya pendidikan bagi calon mahasiswa tidak mampu secara ekonomi dan memiliki
potensi akademik baik untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi pada
program studi unggulan sampai lulus tepat waktu. Persyaratan untuk mendaftar bidikmisi tahun
2019 adalah sebagai berikut:
1. Siswa SMA/SMK/MA atau bentuk
lain yang sederajat yang akan lulus pada tahun 2019, memiliki identitas berupa
NISN dan NPSN yang valid di PDSPK;
2. Lulusan tahun 2018 yang
bukan penerima Bidikmisi dan tidak bertentangan dengan ketentuan penerimaan
mahasiswa baru di masing-masing perguruan tinggi;
3. Usia paling tinggi pada saat
mendaftar adalah 21 tahun;
4. Tidak
mampu secara ekonomi dengan kriteria:
Siswa Pemegang Kartu
Indonesia Pintar (KIP) atauPendapatan kotor gabungan orang Tua/Wali
(suami istri) maksimal sebesar Rp4.000.000,00 per bulan dan atau pendapatan kotor
gabungan orangtua/wali dibagi jumlah anggota keluarga maksimal Rp750.000,00 setiap
bulannya.
5. Pendidikan orang Tua/Wali
setinggi-tingginya S1 (Strata 1) atau Diploma 4;
6. Memiliki potensi akademik baik
berdasarkan rekomendasi objektif dan akurat dari Kepala Sekolah;
7. Pendaftar difasilitasi untuk
memilih salah satu diantara PTN atau PTS dengan ketentuan:
a. PTN dengan pilihan seleksi
masuk:
Seleksi Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (SNMPTN); Seleksi
Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMTPN); Seleksi mandiri PTN. Politeknik, UT, dan Institut
Seni dan Budaya
b. PTS sesuai dengan pilihan
seleksi masuk.
(Sumber: https://m.medcom.id/pendidikan/news-pendidikan/RkjRavwk-10-ptn-penerima-beasiswa-bidikmisi-terbanyak)
Jumlah kuota penerima bidikmisi yang diberikan
pemerintah cukuplah tinggi. Ini karena kepedulian
pemerintah kepada nasib pendidikan anak bangsa. Seperti halnya di Universitas Brawijaya dengan jumlah penerima
sebesar 523 orang pada tahun 2019. Dan menempati urutan ke-16 dari 20
perguruan tinggi penerima terbanyak bidikmisi. Dari 63.000 mahasiswa UB, ada 10 persen penerima Beasiswa Bidikmisi. Seringkali jumlah penerima bidikmisi tidak sesuai dengan kuota yang
ditawarkan. Atau dengan kata lain kekurangan peserta penerima beasiswa bidikmisi.
Banyak alasan yang menghinggapi, mulai dari ketidaksesuaian dengan persyaratan sampai
karena mengundurkan diri. Oleh karena itu, pihak
kampus memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk memperoleh beasiswa ini pada
tahap kedua setelah resmi menjadi mahasiswa Universitas Brawijaya.
Proses seleksi penerimaan beasiswa bidikmisi terbilang
cukup ketat. Mulai dari seleksi administrasi yang mengharuskan calon mahasiswa
menyetorkan kondisi keuangan berupa slip gaji atau pendapatan orang tua, foto
kondisi rumah tinggal, biaya pengeluaran mulai dari listrik, pajak (NPWP),
biaya pendidikan anggota keluarga lain hingga urusan perutangan juga harus dicantumkan.
Kondisi ini sebenarnya sangat mudah sebagai
media penipuan. Karena proses seleksi administrasi melalui media daring dengan mengunggah berkas.
Tentunya sangatlah mudah untuk memanipulasi data. Nyatanya banyak yang meng-upload foto rumah tetangganya yang memiliki
kondisi keuangan rendah. Rumah penuh dengan kesedihan, reot, kayu penyangganya sudah lapuk. Padahal lantai rumah sendiri berlapis
porselen dan jumlah mobilnya membuat manusia mana yang tidak menelan ludah. Memalsukan
slip pendapatan orang tua, terutama bagi seorang pengusaha yang memiliki
penghasilan tidak menentu. Untuk seorang wirausahawan menjadi poin plus akan ketidaktentuan jumlah
penghasilan yang didapat ini. Tak ada yang tau jika penghasilannya puluhan juta
rupiah namun yang tercantum hanya satu juta rupiah sebulan. Modal kuat dengan membuat surat keterangan
miskin juga sebagai jurus jitu. Saat proses survei yang dilakukan pihak
panitia bidikmisi hanya pinjam rumah tetangga. Duh.
Tak heran kita sering mendengar berita tentang makhluk-makhluk astral tidak tahu diri
penerima bidikmisi. Atau bahkan kita pernah melihatnya sendiri. Bisa jadi
kita merupakan salah satu bagian dari oknum tersebut? Manusia bermental miskin
dengan memalsukan data? Seperti halnya kekesalan Dana Selvia saat menjawab
pertanyaan, “Pernahkah kamu melihat penerima beasiswa Bidikmisi yang gayanya selangit dan tidak pantas mendapatkannya?”. Mungkin semua orang juga mengelus
dada saat membaca rincian cerita tersebut. Sudah bukan rahasia umum jika banyak
penerima bidikmisi yang tidak tepat sasaran. Mulai dari lifestyle yang sungguh mewah, setiap harinya selalu mengisi perut
di restoran mewah, gonta-ganti merek smartphone
bahkan bergaya dengan berbagai brand
mobil. Banyak yang menyangkal dengan mengatakan bahwa bisa jadi barang-barang
tersebut ia peroleh dari bekerja keras atau dari doorprize kuis berhadiah. Kalau
begitu, kenapa kok tidak mengundurkan
dari penerima beasiswa bidikmisi? Kan sekarang sudah mampu? Sayang? Ini bukan
hanya sekadar memaafkan dan tidak peduli. Namun ini soal uang rakyat yang digunakan
tikus-tikus di kampus. Ketidaktepatan sasaran penerima beasiswa bidikmisi. Sedangkan
banyak siswa yang harus merelakan mimpinya untuk melanjutkan pendidikan yang
lebih tinggi.
Sebenarnya, pemerintah menyediakan portal keluhan atau
media pelaporan bagi mahasiswa yang tidak layak menerima bidikmisi. Sayangnya sampai saat ini masih saja kita melihat
oknum sosialita kampus yang merajalela ini. Entah sampai kapan mahasiswa yang
mengaku miskin ini tetap eksis?
Penulis juga penerima beasiswa bidikmisi tahun 2015-2019
Referensi:
Anam, C. 2019. Universitas
Brawijaya berikan kemudahan bagi calon mahasiswa tidak mampu. https://www.google.com/amp/s/m.bisnis.com/amp/read/20190515/79/923035/universitas-brawijaya-berikan-kemudahan-bagi-calon-mahasiswa-tidak-mampu. Diakses pada 10 Februari 2020 pada 09:51 WIB.
https://bidikmisi.belmawa.ristekdikti.go.id/. Diakses pada 10 Februari 2020 pada 09:53 WIB.
Selvia, D. 2019. Pernahkah kamu melihat penerima
beasiswa bidikmisi yang gayanya selangit dan tidak pantas mendapatkannya?. https://id.quora.com/Pernahkah-kamu-melihat-penerima-beasiswa-Bidikmisi-yang-gayanya-selangit-dan-tidak-pantas-mendapatkannya. Diakses pada 10 Februari 2020 pada 09:59 WIB.
Comments
Post a Comment