Menjadi seseorang yang lebih suka untuk menepi, menyepi dan menyendiri tentulah
tak mudah. Saat orang terkemuka begitu luwes mengungkapkan permasalahan hidup
yang dialami. Seorang introvert akan
lebih memilih untuk memendam perasaannya. Banyak cara dilakukan untuk
menurunkan level stress dan mengurangi tumpukan sampah dalam pikiran. Mulai
dari mendengarkan musik galau, berolahraga hingga memutuskan untuk menuliskannya.
Sekadar corat-coret di atas kertas atau menggunakan gadget sebagai media
berkeluh-kesah. Keinginan untuk berinteraksi dengan
manusia di dunia nyata bukanlah hal yang mustahil dilakukan. Namun karena jiwa
seorang introvert yang lebih bergejolak dibandingkan rasa penasaran untuk
berbincang. Nampak ceria diluar namun berbeda seratus delapan puluh derajat kenyataan
di dalam. Akhirnya lebih memutuskan untuk meningkatkan kuantitas dalam menarik
diri dari lingkungan.
Membuat overload daya simpan memori dalam
otak jelas berakibat pada hilangnya jejak-jejak kecil tak berharga dalam hidup.
Tidak menyortirnya tetapi memang hilang
begitu saja. Namun bukan berarti menghapus
kenangan besar. Menjadi seorang pelupa bukanlah keinginan. Namun keadaan yang
berkehendak. Menghilang dari peradaban sesungguhnya tak bermaksud untuk
melupakan segala memorial yang terjadi. Lupa terhadap hal-hal kecil yang baru
saja terlintas sudah menjadi keseharian. Luar biasa dampak overthinking memang.
Baca Juga : Keluarga, Keluhmu Tak Berharga
Menjadi pelupa bukan berarti melupakan…
Bagi yang bertanya-tanya
sekedar penasaran namun tak peduli? Aku
baik-baik saja. I know that you are
really wanna know, but you don’t care. Mengutip lirik lagu dari Billie Eilish yang berjudul Everything I Wanted, yaitu
(When I cried) Nobody cried, nobody even noticed
I saw them standing right there, kinda thought
they might care
Seringkali memperoleh cap sombong
dan cuek kuterima. Sejujurnya aku bukan orang yang suka berbasa-basi. Aku akan
menghubungi seseorang memang jika penting maupun membutuhkan bantuan. Bukan berarti kacang lupa kulitnya. Bukan
berarti tak tau malu. Bukan berarti mencari manfaat alias ada udang di balik batu.
Aku bukan orang yang suka bersenda gurau dalam media sosial alias chattingan. Tidak menutup kemungkinan jika kamu ingin menghubungiku kapanpun, silakan
saja. Aku lebih suka berinteraksi secara langsung jika memungkinkan. Jadi, in fact aku selalu berusaha tidak membuka
hp saat berkumpul dengan teman-teman. Jika kamu memperhatikanku saat bercakap-cakap
denganmu pasti kamu mengiyakan hal ini. Ada dua kemungkinan aku bermain hp saat
bersenda gurau selain karena memang butuh untuk menghubungi seseorang. Artinya
aku bosan ataupun aku tidak tertarik dengan percakapannya. Aku bukan termasuk
dari bagian orang-orang “yang ngajak ketemuan dan nampak akrab di
foto lalu upload di media sosial, namun nyatanya sibuk dengan hp masing-masing.”
And the last, untuk semua orang yang pernah berjasa dalam hidupku.
Baik yang pernah membantu secara material maupun sebagai support system. Entah itu hal kecil hingga yang
paling berharga. Dan juga untuk orang-orang yang pernah berhasil membawaku pada
titik terendah kesedihan. Hingga sakitnya membekas sampai kapanpun. Ku ingin
katakan sesuatu, “Aku tak pernah
melupakanmu. Kamu selalu kukenang dalam pikiran dan hatiku”.
Comments
Post a Comment