Skip to main content

Elasmobranchii

 

Memimpin Dipimpin

pemimpin
Pemimpin

Sejak ditakdirkan hidup di bumi, manusia diberi anugerah sebagai seorang pemimpin. Mengapa demikian? Karena manusia tak seperti makhluk ciptaan Tuhan yang lainnya. Manusia memiliki pikiran dan perasaan. Kelebihan ini yang membuat manusia dapat mengeksplorasi diri-sendiri bahkan dunia. Mulai dari memimpin dalam lingkup yang paling kecil, yaitu keluarga hingga mampu menjadi seorang pemimpin sebuah negara. Samakah pemimpin dan bos? Mungkin kalian sudah sering mendengar persamaan dan perbedaannya. Kesamaannya, pemimpin dan bos memiliki kuasa dan hak untuk memimpin. Sedangkan perbedaannya “katanya”, yaitu pemimpin wajib bekerja dengan “hati nurani”. Maksudnya?

Ada beberapa persyaratan seorang pemimpin yang baik. Menurut Makhfudz (2011), sifat-sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin adalah visioner, jujur, cerdas, responsibel, disiplin perilaku, disiplin administrasi dan disiplin monitoring. Yuk kita bahas satu persatu.
1.   Visioner
Tugas seorang pemimpin adalah membawa orang-orang yang dipimpinnya menuju suatu tujuan di masa depan”. Seseorang yang memiliki visi dalam hidupnya selalu berpikir maju kedepan. Bukan hanya untuk hari ini tetapi untuk 5 tahun kedepan, 10 tahun lagi hingga bertahun-tahun lagi lamanya. Hidup di zaman serba modern ini, menuntut setiap orang untuk bergerak cepat. Tak hanya memikirkan apa yang dilakukan hari ini, namun dampaknya untuk masa yang akan datang. Dalam sebuah organisasi, komunitas atau kelompok apapun itu. Seorang pemimpin bukan hanya memiliki visi yang baik. Visi dan misi yang baik tak akan ada gunanya jika tak dilaksanakan. Oleh karena itu, disini tugas seorang pemimpin terlihat untuk bersikap visioner dalam bergerak bersama anggotanya untuk mencapai tujuan. Mengajak “bekerja” bukan hanya sekedar memberi perintah tetapi membersamai untuk maju. Inilah yang membedakan pemimpin dan bos.
2.   Jujur
Seorang pemimpin yang jujur sangat menghargai apa yang telah ia raih”. Kejujuran adalah modal utama memperoleh kepercayaan bagi setiap manusia. Jujur tak hanya dalam interaksi sosial namun jujur kepada sendiri sangatlah penting. Bersikap apa adanya tak dilebih-lebihkan untuk memperoleh penghormatan. Menjadi seorang pemimpin yang jujur akan membuat kegiatan berorganisasi akan terasa nyata. Tak suka maka sampaikan, suka maka beri pujian. Namun tak hanya sekadar menghakimi, memperbaiki yang salah juga bagian dari kejujuran.
3.   Cerdas
“Pemimpin yang cerdas adalah orang yang mampu menghargai puncak kehidupan, dan dia akan senantiasa menziarahi kebenaran (will to truth) dan bukan menziarahi kekuasaan (will to power), agar dia tidak mengalami apa yang disebut split orientation, yaitu tidak menyatunya antara ucapan dan tindakan. Kecerdasan dalam memimpin tak dilihat dari seberapa tinggi IQ seseorang, seberapa banyak gelar pendidikan yang disandang dan penghargaan yang diperoleh. Cerdas seorang pemimpin dimaknai dengan bagaimana ia menghadapi suatu masalah. Bagaimana ia berpikir dan bertindak. Hal yang paling penting adalah cerdas dalam mengelola emosi.
4.   Responsibel
Pemimpin yang responsibel adalah pemimpin yang melaksanakan tugas, senantiasa memiliki rasa tanggungjawab. Memilih tangan kanan merupakan suatu cara menunjukkan kepercayaan seorang pemimpin terhadap salah satu anggotanya. Memiliki tangan kanan, bukan berarti lepas tangan untuk bertugas. Bekerja sesuai amanah yang telah diberikan dan tunjukan hasil dari “sumpah” diawal saat pemberian jabatan. Responsif merujuk pada kecakapan seseorang. Cakap dalam bertindak serta peran keterlibatannya untuk menuju puncak.
5.   Disiplin Perilaku
Sebagai pemimpin, sudah menjadi kewajiban mempunyai sikap yang berlandaskan pada standar moral yang tinggi yakni berbudi luhur (character building)”. Sifat keras tidak selalu bermakna suatu hal yang buruk. Sifat keras bukan hanya berarti tingginya tingkat ego seseorang. Saat memimpin suatu organisasi, sikap keras dibutuhkan baik untuk diri-sendiri maupun anggota. Keras pada diri-sendiri agar menujukkan kedisiplinan diri. Keras kepada seseorang bukan berarti menunjukkan sikap kebencian namun untuk membentuk mental yang kuat.
6.   Disiplin Administrasi
Disiplin administrasi disini adalah kedisiplinan seorang pemimpin untuk melakukan pencatatan terhadap segala hal yang terjadi”. Memiliki seorang sekretaris bukan berarti bermakna sebagai seorang “pembantu”. Menerima jabatan menjadi seorang pemimpin bukan hanya sekedar memberi perintah. Mau tidak mau kebiasaan untuk mencatat sangat diperlukan. Tingkat penerimaan informasi dan daya ingat manusia yang sangatlah terbatas. Mewajibkan seorang pemimpin untuk melakukan pengarsipan data dari hal kecil hingga terbesar. Bukan hanya sebagai memo pengingat tetapi sebagai sumber evaluasi di masa mendatang.
7.   Disiplin Monitoring
“Belum dikatakan sempurna bila tidak ada kesediaan untuk melakukan pemeriksaan ulang atas apa yang telah di hasilkan dari semua karya. Monitoring serta evaluasi diperlukan dengan terjun langsung menuju lokasi. Kegiatan ini sedang booming dilakukan elit politik yang biasa disebut sidak (inspeksi mendadak). Dengan bertatap langsung dengan anggota dan mendengarkan segala keluh kesah dapat dijadikan modal untuk peningkatan pelayanan.


Selain pemaparan di atas, ada satu hal penting yang dapat dijadikan tambahan kriteria seorang pemimpin yang baik. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman pribadi, untuk menunjukkan sikap loyalitas seorang pemimpin adalah mengesampingkan urusan pribadi. Mungkin hal ini sudah biasa di dengar, namun sayangnya realitasnya tak seindah janji di awal. Aku berani katakan bahwa, untuk menjadi seorang pemimpin, tubuh dan jiwanya 70% untuk organisasi dan 30% untuk dirinya sendiri, bukan sebaliknya. Sedikit terlihat tidak masuk akal memang. Terlihat terlalu ngoyoh (kerja terlalu keras). Namun itu sudah kewajiban seorang pemimpin. Bukankan di awal, ia (red: pemimpin) siap menghadapi konsekuensi yang ada? Hasil kerja keras dari amanah yang diemban akan menunjukkan penilaian diri kita kepada semua orang. Jadi, kalau merasa tidak mampu, lebih baik jangan menerima tanggung jawab. Jujurlah pada diri-sendiri!

Referensi:
Makhfudz, M. 2011. Karakteristik pemimpin dan gaya kepemimpinan untuk meningkatkan daya saing. Prosiding Sosial, Ekonomi, dan Humaniora. 2 (1): 505-510.

Comments

Popular posts from this blog

Teknik Pendinginan Produk Perikanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1         Latar Belakang Setelah meratifikasi Montreal Protocol pada tahun 1992 dan Kyoto Protocol pada tahun 1996, Indonesia juga tidak luput dari permasalahan global yang dihadapi oleh industri pendinginan dunia sebagai dampak dari kedua perjanjian internasional di atas. Dengan demikian, penelitian di bidang refrigeran dan pendinginan sangat penting dan bermanfaat dilakukan di Indonesia. Jenis refrigeran yang cocok diteliti kemungkinan pemakaiannya di lndonesia adalah refrigeran hidrokarbon, karena selain bersifat alami (natural) hidrokarbon juga tersedia sebagai sumber daya alam yang relatif besar. Penggunaan refrigeran hidrokarbon juga dapat menghemat energi bila dibanding refrigeran R12 (Maclaine dan Leonardi, 1997 dalam Sihaloho dan Tambunan, 2005 ). Aisbett dan Pham (1998) dalam Sihaloho dan Tambunan (2005) menyatakan bahwa penggunaan hidrokarbon sebagai refrigeran pengganti CFC dan HFC dapatmemberikan penghematan biaya yang signifikan untuk

Ikan Sebelah (Psettodes erumei)

1.   PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Kekayaan alam laut Indonesia yang luas berpotensi menghasilkan hasil laut yang beraneka ragam dengan jumlah yang cukup besar yaitu sebanyak 6,26 juta ton per tahun. Hasil produksi perikanan laut ( marine fisheries ) di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 mencapai 3,24 %, dimana pada tahun 2012 hasil produksi ikan laut sebanyak 5.829.194 ton. Hasil laut terutama ikan diolah untuk menjadi bahan pangan masyarakat (Purba et al., 2015). Tingkat konsumsi ikan Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2013 mencapai 35,62 kilogram per kapita dari tahun 2012, yaitu sebanyak 33,14 kilogram per kapita (Purba et al., 2015). Indonesia memiliki wilayah perairan tropis yang terkenal kaya dalam perbendaharaan jenis-jenis ikannya. Berdasarkan penelitian dan beberapa literatur diketahui tidak kurang dari 3.000 jenis ikan yang hidup di Indonesia.Dari 3.000 jenis tersebut sebanyak 2.700 jenis (90%) hidup di p

Enzim Transferase

BAB I PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Indonesia mengimpor hampir seluruh kebutuhan enzim (sekitar 90%) dari luar negeri. Dari aspek pasar, kebutuhan enzim di Indonesia terus meningkat sebagaimana dapat dilihat dari nilai impor. Menurut Badan Pusat Statistik, impor untuk produksi farmasetika tahun 2007 adalah sebesar 2,988 trilyun rupiah, tahun 2008 menjadi 3,391 trilyun rupiah dan pada tahun 2011 diperkirakan menjadi 4,55 trilyun rupiah. Kebutuhan enzim dunia terus meningkat yaitu sebesar 6,5% per tahun dan menjadi $5,1 miliar pada tahun 2009 (Trismilah et al. , 2014).   Enzim adalah protein yang berfungsi sebagai katalisator untuk reaksi-reaksi kimia didalam sistem biologi. Katalisator mempercepat reaksi kimia. Walaupun katalisator ikut serta dalam reaksi, ia kembali ke keadaan semula bila reeaksi telah selesai. Enzim adalah katalisator protein untuk reaksi-reaksi kimia pasa sistem biologi. sebagian besar reaksi tersebut tidak dikatalis oleh enzim (Indah, 2004). E