Hitam Adalah Pilihan |
Loh Ndah, kok maleh ireng? (Loh Indah, kok jadi hitam?) -Bahasa Jawa-
Memiliki paras cantik, kulit putih nan bersih, tubuh langsing,
hidung mancung, pipi tirus, postur tinggi dan body aduhai adalah impian setiap perempuan. Standar kesempurnaan
wanita ini tak lepas dari doktrin yang
disebarluaskan oleh media massa. Melihat model cantik dari luar negeri
seperti Marilyn Monroe sangatlah
dikagumi. Berharap mulus seperti bihun, seperti bule (sebutan orang asing yang memiliki kulit putih yang berasal
dari Eropa dan Amerika) dan artis k-pop. Segala cara dilakukan agar penampilan
tak buluk-buluk amat. Mulai dari boomingnya
skin care hingga pilihan instan
melalui operasi plastik dan suntik putih.
Jarang keluar rumah dan memiliki kulit yang lumayan
kuning dulunya (pasti kalian gak percaya -_-). Anganku untuk memiliki kulit
yang “lebih putih” nampaknya akan terealisasi. Saat akan kuliah di Malang yang
dikenal kota dingin itulah, mimpiku akan terwujud. Tapi wow, ternyata impian
itu harus pupus. Menuntut ilmu pada bidang yang mengharuskan berkegiatan di
luar ruangan bahkan harus berpanas-panasan di bawah terik sinar matahari. Sekuat
apapun aku berusaha untuk memulihkan warna kulit jika tetap berada di lapang
pasti tak ada gunanya dong. Kalau mau
hitam ya jangan setengah-setengah. Daripada mubadzir ya kan? Akhirnya aku selalu
memberanikan diri untuk take opportunities
and do action dalam kegiatan menggosongkan
diri.
Baca Juga : Mendulang Prestasi Berkedok Cinta Dunia Literasi
Mulai dari candaan hingga cacian sudah khatam
diperoleh. Mulai kata-kata “kok hitam” sampai di cap sebagai orang negro (maaf
tidak bermaksud rasis). Sudah hitam, cantik pun tidak, hidung pesek, pipi chubby, kurus tinggal tulang dan tak
menarik katanya. Fisik tak indah dan di dukung perilaku “laki-laki” semakin membuat
diriku menjadi “perempuan setengah laki-laki”. Efek keinginan orang tua ingin
memiliki anak kedua seorang laki-laki namun yang lahir malah aku :’). Jadinya
sudah terbiasa berperilaku tomboy. Mulai
dari penampilan hingga suara yang katanya besar (tapi gak sebesar suara Lucinta
Luna ya eh :D). Karena terlalu seringnya dianggap laki-laki, sudah terbiasa
bergaul dengan laki-laki. Bahkan lebih menyukai menjalin pertemanan dengan
laki-laki. Gak ada kebohongan, semuanya jujur apa adanya. Karena sering
dianggap laki-laki, tak pernah rasanya baper. Kan katanya “gak ada pertemanan yang real antara
laki-laki dan perempuan, pasti ada salah satu yang memiliki perasaan lebih”.
Tapi nyatanya dari semua pertemananku dengan laki-laki gak ada yang “aneh”. Memang
aku gak menarik sih :D. Bukan berarti aku gak normal loh ya, aku klarifikasi
-_-. Ini nih, banyak yang ngejudge aku
gak normal karena memang aku gak pernah mau berurusan dengan masalah
percintaan, ribet. Bahkan banyak dari mereka, teman
laki-lakiku yang menceritakan kehidupan cintanya atau membicarakan masalah “keperempuanan”
(pasti tau kan maksutku) yang biasa dibicarakan antarlelaki. Padahal itu cukup
menggelikan, bicara hal tersebut kepada perempuan langsung. Mungkin karena mereka
sudah menganggapku sebagai laki-laki. Jadi mereka santai saja bicara yang
aneh-aneh :D. Oh tenang, I’m okay
dicap seperti itu, aku lebih suka seperti itu, gak usah berpura-pura, teman ya
teman, jangan lebih!!
Yang indah secara visual selalu dipermudah segala urusannya (berdasarkan pengalaman dan pengamatan). Namun, walaupun tak
dianugerahi fisik menarik dan berperilaku layaknya lelaki (bukan bermaksud
rendah diri atau kurang bersyukur, namun memang kenyataannya seperti itu). Membuat
aku sadar untuk lebih mengeksplor bagian dari diriku yang lain, yaitu kemampuan
survive dan adaptasi, kepribadian serta
selalu terbuka dengan ilmu baru. Penampilan memang tak menarik, tapi kamu masih
punya otak dan sifat yang bisa membuatmu memiliki kelebihan. Itu yang selalu
kukatakan. Sebenarnya, semakin hitam kulitmu,
maka menunjukkan semakin banyak pengalaman lapangmu. So, jangan minder ya. Kulit
sawo matang itu eksotis. Bule aja rela keluar uang untuk tanning. Kalian yang udah diberi anugerah dari Yang Maha Kuasa kok
malah gak bersyukur. Tapi ini tak berlaku bagi kalian yang berkeinginan untuk berkarier
di bagian front office ya. Masak
buluk? Kan emang tuntutan dan persyaratannya good looking. Good looking?
Kayaknya salah deh, yang benar good faces
:’).
Comments
Post a Comment