Skip to main content

Elasmobranchii

 

Mengalir Sampai Jauh


latihan renang
Latihan Renang

Maaf gak di sensor!!
Kalau ditanya gimana rasanya belajar renang? Jawabannya seneng, capek, takut, campur aduk deh. Jadi dulu waktu SD tuh pernah rekreasi ke Taman Sengkaling. Udah pakai pelampung yang bentuknya bebek. Udah dasarnya bandel, udah tau masih kecil dan gak bisa renang. Aku ngotot buka pelampung saat berenang di kolam yang cukup dalam bagi anak SD. Aku kasih pelampungnya ke mbakku. Dan yahh, jelas aku hampir tenggelam. Udah banyak minum air kolam (hyuhhh), kembung deh. Semenjak itu udah ketakutan buat berenang lagi, tapi kalau cuma main-main air dipinggir kolam sih suka.

Kuliah di perikanan jadi tumbuh kesadaran diri. Harus bisa renang dong, masak ikan gak bisa renang? Alhamdulillah aku punya teman yang baik, Fitra. Saat libur kuliah, ia dengan sukarela mengajariku basic berenang. Mulai dari menahan nafas, membuka mata saat di dalam air, mengambang dan meluncur. Jadi udah gak terlalu takut untuk “berinteraksi” dengan air. Masuk di prodi Teknologi Hasil Perikanan (THP), sedikit ada untungnya juga. Aku yang gak bisa berenang, di prodi ini tidak diwajibkan harus bisa renang atau dengan kata lain tidak ada mata kuliah renang. Tidak seperti prodi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (PSP) dan Ilmu Kelautan (IK) yang jelas harus bisa renang bahkan sampai menyelam. Tapi bukan berarti mahasiswa PSP dan IK jago berenang semua saat awal kuliah. Salah besar, banyak dari mahasiswa PSP dan IK yang pindah jurusan bahkan keluar FPIK karena katanya “gak kuat” dengan tekanan harus bisa renang. Denger-denger ngetes renangnya langsung di kedalaman 4 meter loh. Kocak sih, gak bisa bayangin deg-degannya mereka. Jangan salah juga, walaupun THP gak diwajibin bisa renang. Banyak mahasiswa THP yang gak bertahan dengan memilih untuk berpindah jurusan juga. Katanya mata kuliahnya sulit dan praktikum sama laporannya gak masuk akal :’) Denger-denger juga katanya THP tuh prodi paling sulit di FPIK dibandingkan prodi lain. Terbukti dengan rata-rata kelulusan THP, yaitu 4,9 tahun dibandingkan prodi lain sekitar 4,2 tahun. Bahkan dulu sampai ada seblak di FPIK dengan level paling pedas tuh namanya level THP :’) Oke skip, ngalor ngidulnya…


Nanti kalau udah punya gelar Sarjana Perikanan malu dong kalau gak bisa renang? Apalagi aku tuh suka laut. Pertamakalinya snorkeling, ketagihan dong. Jadi tekad buat belajar renang udah sangat besar. Beruntungnya punya temen laki-laki yang semuanya bisa renang. Dan yah,, aku punya dua instruktur, yang satu sabar banget kalau ngajarin, Arwin. Yang satu lagi keras poll haha, Mas Wildan. Semangat semakin menggelora, akhirnya lebih intens untuk sering belajar renang di Kolam Dieng. Paling sedikit tuh sebulan sekali lah. Dan alhamdulillah udah bisa sedikit gaya katak. Thanks banget para instrukturku, tanpa kalian ku hanya bisa gaya batu. Masih pingin belajar renang bahkan sampai sertifikasi selam, aamiin.

Comments

Popular posts from this blog

Melynda Dwi Puspita

- Apa yang perlu kamu sombongkan? - - Diatas langit masih ada langit - - Smart people will never admit that they are smart – - They are always keep and stay learning – Melynda Dwi Puspita Contents SUMMARY EDUCATIONAL BACKGROUND SCHOLARSHIPS INTERESTED SKILLS LICENSED SERTIFICATION SOFTWARES INTERNSHIPS SOCIETY EMPOWERMENT PROJECTS VOLUNTEER SEMINAR AND WORKSHOP ENUMERATOR MENTOR AND SPEAKER ORGANIZATION ACHIEVEMENTS SUMMARY Passionate in fisheries and marine issues, environmental, conservation, food safety and society empowerment. Enjoy in singing, playing a guitar, travelling and writing skill. Able in responsibility, open-minded and work in team or individual. Back to Content ↑ EDUCATIONAL BACKGROUND Bachelor of Fisheries Product Technology Brawijaya University (2015-2019) GPA 3,45 of 4,00 Back to Content ↑ SCHOLARSHIPS Bidikmisi (2015-2019) PT. Mina...

Penerapan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) Pada Industri Pengalengan Ikan Sarden

BAB I PENDAHULUAN   1.1 Latar Belakang Ikan segar merupakan salah satu komoditi yang mudah mengalami kerusakan ( high perishable food ). Kandungan air hasil perikanan pada umumnya tinggi mencapai 56,79% sehingga sangat memungkinkan terjadinya reaksi-reaksi biokimiawi oleh enzim yang berlangsung pada tubuh ikan segar. Sementara itu, kerusakan secara mikrobiologis disebabkan karena aktivitas mikroorganisme terutama bakteri. Kandungan protein yang cukup tinggi pada ikan menyebabkan ikan mudah rusak bila tidak segera dilakukan pengolahan dan pengawetan. Pengawetan bertujuan untuk memperpanjang masa simpan bahan pangan tersebut. Salah satu usaha untuk meningkatkan daya simpan dan daya awet pada produk ikan adalah dengan pengalengan ikan (Winarno, 1980 dalam Wulandari et al. , 2009). Teknik pengawetan pangan yang dapat diterapkan dan banyak digunakan adalah pengawetan dengan suhu tinggi, contohnya adalah pengalengan ikan sardine. Pengalengan merupakan salah satu cara untuk menyel...

TVBN, TMA, TMAO dan Histamin

BAB I PENDAHULUAN 1.1         Latar Belakang Sebagai negara maritim, Indonesia memiliki garis pantai sepanjang kurang lebih 81.000 km. Luas wilayah laut, termasuk di dalamnya Zona ekonomi Eksklusif mencakup 5,8 juta kilometer persegi (Dahuri, 2001 dalam Haryono, 2005). Di dalam wilayah laut dan pesisir tersebut terkandung kekayaan sumber daya laut yang amat besar, mulai dari ikan, kepiting, udang, kerang dan berbagai sumber daya laut lainnya yang siap untuk dieksploitasi nelayan. Secara teoritis, dengan kekayaan laut yang demikian besar, nelayan mampu hidup berkecukupan (Haryono, 2005). Ikan dikenal sebagai suatu komoditi yang mempunyai nilai gizi tinggi namun mudah busuk karena mengandung kadar protein yang tinggi dengan kandungan asam amino bebas yang digunakan untuk metabolisme mikroorganisme, produksi amonia, biogenik amin, asam organik, keton dan komponen sulfur (Liu et al. 2010 dalam Radjawane et al. , 2016). Ikan termasuk dalam kategori makan...