Skip to main content

Elasmobranchii

 

Teri (Stolephorus spp.)

teri


1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kekayaan alam laut Indonesia yang luas berpotensi menghasilkan hasil laut yang beraneka ragam dengan jumlah yang cukup besar yaitu sebanyak 6,26 juta ton per tahun. Hasil produksi perikanan laut (marine fisheries) di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 mencapai 3,24 %, dimana pada tahun 2012 hasil produksi ikan laut sebanyak 5.829.194 ton. Hasil laut terutama ikan diolah untuk menjadi bahan pangan masyarakat. Tingkat konsumsi ikan Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2011 tingkat konsumsi ikan per kapita adalah 31,64 kg/kapita/tahun yang naik sebesar3,8 % dibandingkan pada tahun 2010, yaitu 30,48 kilogram per kapita dan kenaikan tingkat konsumsi per kapita juga terjadi ditahun 2013 mencapai 35,62 kilogram per kapita dari tahun 2012, yaitu sebanyak 33,14 kilogram per kapita. Salah satu ikan yang paling diminati oleh konsumen domestik adalah ikan teri nasi asin. Hal ini dikarenakan ikan teri nasi asin memiliki kandungan protein yang tinggi dan dapat dijangkau kalangan ekonomi kelas menengah kebawah (Purba et al., 2015).

Berdasarkan penelitian Haumahu (1995) ikan teri mengandung kalsium dan fluor yang cukup besar, yaitu 500 mg per 100 gram bobot ikan teri. Kebutuhan kalsium tersebut mudah diperoleh dari ikan teri yang banyak terdapat di perairan Indonesia. Ikan teri juga memiliki peranan penting sebagai umpan hidup bagi penangkapan cakalang di bagian Indonesia Timur. Oleh karena itu, permintaan terhadap konsumsi ikan teri semakin tinggi sedangkan produksi mengalami penurunan dari tahun 2000-2004 mencapai 24%. Hal ini dipengaruhi oleh peningkatan hasil tangkapan maupun alat tangkap yang digunakan (Ditjen Tangkap-DKP 2004 dalam Magdalena, 2010).


1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat ditentukan rumusan masalah dalam makalah ini seperti berikut.

  1. Apa yang dimaksud teri (Stolephorus spp.)? 

  2. Bagaimana migrasi dan penyebaran teri (Stolephorus spp.)?

  3. Bagaimana kajian stock teri (Stolephorus spp.)?

  4. Bagaimana kandungan gizi teri (Stolephorus spp.)?

  5. Bagaimana pemanfaatan teri (Stolephorus spp.)?


1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas maka dapat ditentukan tujuan dalam makalah ini seperti berikut.

  1. Untuk mengetahui definisi teri (Stolephorus spp.).

  2. Untuk mengetahui migrasi dan penyebaran teri (Stolephorus spp.).

  3. Untuk mengetahui kajian stock teri (Stolephorus spp.).

  4. Untuk mengetahui kandungan gizi teri (Stolephorus spp.).

  5. Untuk mengetahui pemanfaatan teri (Stolephorus spp.).




2. PEMBAHASAN

2.1 Teri (Stolephorus spp.)

Menurut Ningsih (2002) dalam Sirait dan Purwoko (2012), ikan teri adalah salah satu jenis ikan yang paling populer di kalangan penduduk Indonesia. Ikan teri adalah semua jenis ikan dari marga Stolephorus sp. dari anak suku Engraulinae. Terdapat beberapa jenis ikan teri, antara lain: ikan teri nasi, ikan teri kacang dan ikan teri gepeng sebagai produk olahan ikan.


2.1.1 Klasifikasi

Menurut Saanin (1968) dalam Magdalena (2010), klasifikasi Stolephorus indicus (Gambar 1) adalah sebagai berikut :

Filum : Chordata

Kelas : Pisces

Subkelas : Teleostei

Ordo : Malacopteygii

Famili : Clupeidae

Subfamili : Engraulidae

Genus : Stolephorus

Spesies : Stolephorus indicus (Van Hasselt, 1983)

Nama umum : Indian Anchovy

Nama lokal : Teri putih

stolephorus-indicus

Gambar 1. Stolephorus indicus (Van Hasselt, 1983)

(Sumber: Magdalena, 2010)


2.1.2 Morfologi

Hutomo et al. (1987) dalam Magdalena (2010), menyatakan bahwa ikan teri memiliki tanda-tanda khas yang membedakannya dari anggota famili Engraulidae yang lain, yaitu sirip caudalnya bercagak dan tidak bergabung dengan sirip anal serta duri abdominalnya hanya terdapat antara sirip pektoral dan ventral yang berjumlah tidak lebih dari 7 buah, umumnya tidak berwarna atau agak kemerah-merahan, samping tubuhnya memiliki selempang putih keperak-perakan yang memanjang dari kepala sampai ekor dan bentuk tubuhnya yang bulat memanjang (fusiform) atau termampat samping (compressed). Sisiknya kecil dan tipis sangat mudah lepas. Sirip dorsal umumnya tanpa duri pradorsal. Sebagian atau seluruhnya dibelakang anus, pendek dengan jari- jari lemah sekitar 16-23 buah. Jari-jari lemah teratas dari sirip pektoral tidak memanjang. Tulang rahang atas mungkin memanjang mencapai celah insang. Gigi-giginya terdapat pada rahang, langit- langit, palatin, pterigoid dan lidah.


2.1.3 Jenis-Jenis

Menurut Hutomo et al. (1987) dalam Magdalena (2010), ada lima jenis ikan teri yang dikemukan oleh Weber dan de Beaufort (1913) dalam bukunya yang berjudul ”Fishes og the Indo Australian Archipelago”, sedangkan berdasarkan penelitian Hutomo et al. (1987) dalam Magdalena (2010), tentang telur dan larva ikan di Laut Jawa ditemukan jenis telur Stolephorus yang lebih banyak dari spesies yang dikemukakan oleh Weber dan de Beaufort. Hasil penelitian Hutomo et al. (1987) dalam Magdalena (2010), Ia mendapatkan 9 jenis Stolephorus dari perairan Indonesia.

Dari perkembangan identifikasi jenis-jenis ikan teri, ditemukan ada 9 jenis ikan teri yang pasti ada di perairan Indonesia. Delapan jenis termasuk kelompok ikan yang mempunyai sebaran distribusi yang luas, baik di Samudera Pasifik maupun di Samudera Hindia (S. devisi, S. heterolobus, S. commersonnii, S. indicus, S. insularis, S. baganensis, S. buccaneeri dan S. tri) serta satu jenis lagi termasuk kelompok yang tidak terdapat di Samudera Pasifik (S. dubiosus) (Hutomo et al., 1987).

Sembilan jenis ikan teri yang terdapat di Indonesia dan umumnya mempunyai ukuran tubuh sekitar 6-9 cm, misalnya Stolephorus heterolobus, Stolephorus insularis dan Stolephorus zollingeri. Tetapi ada pula yang berukuran besar misalnya Stolephorus commersonni dan Stolephorus indicus yang dikenal sebagai teri kasar atau teri gelagah dan dapat mencapai panjang 17.50 cm (Nontji, 2005 dalam Magdalena, 2010).

Menurut Supriyadi (2008) dalam Magdalena (2010), identifikasi spesies ikan teri di perairan Selat Madura menunjukkan adanya empat jenis ikan teri berdasarkan morfologi, morfometri dan penamaan secara lokal oleh nelayan Madura, yaitu teri nasi (Stolephorus spp.), teri putih (Stolephorus devisi), teri merah (Stolephorus heterolobus) dan teri hitam (Stolephorus buccaneri). Teri nasi sangat mudah dibedakan dengan jenis teri lainnya, karena memiliki warna putih transparan dan ukurannya lebih kecil. Selanjutnya, untuk teri putih memiliki warna putih transparan, ukurannya lebih besar dari teri nasi, warna abdomen keperakan (silvery colour), kepala lebih pendek dibandingkan teri merah, dengan selempang lateral relatif lebih kecil. Ikan teri merah mempunyai ukuran lebih besar dari teri nasi, kepala lebih pendek dibandingkan teri putih, warna daging agak kemerahan,selempang perak lateral lebih tebal, bagian abdomen berwarna keperakan. Pemberian nama teri hitam oleh nelayan dan pengepul adalah karena warnanya yang lebih kotor dibandingkan teri lainnya yang biasanya memiliki ciri warna daging lebih kotor dibandingkan teri merah, kepala panjang menyerupai teri merah, serta ukurannya lebih besar dibanding teri nasi (Supriyadi, 2008 dalam Magdalena, 2010).


2.2 Migrasi dan Penyebaran

Ikan teri berdasarkan sifatnya yang sering melakukan migrasi memiliki penyebaran yang dipengaruhi oleh perubahan musim pada suatu daerah. Pola musim ikan teri terjadi secara periodik setiap tahunnya (Hutomo et al. 1987). Ikan teri menyebar pada daerah yang sangat luas. Daerah penangkapan terdapat di Samudera Hindia sebelah timur sampai daerah Pasifik Tengah bagian barat (Humahu 1995 dalam Magdalena, 2010).

Ikan teri pada siang hari membentuk gerombolan di dasar perairan dan bermigrasi menuju permukaan pada malam hari dimana tebalnya gerombolan adalah 6-15 meter. Kedalaman renang dari gerombolan ikan teri bervariasi selama siang hari dan bermigrasi ke daerah dangkal pada waktu pagi dan sore hari, hal ini berkaitan dengan cahaya. Menurut Humahu (1995) dalam Magdalena (2010), pada pagi hari kelompok ikan teri akan bergerak ke lapisan permukaan, kemudian dengan seiring bertambahnya intensitas cahaya dan pemanasan lapisan permukaan air laut. Kelompok ikan akan terpecah menjadi kelompok yang lebih kecil. Setelah intensitas cahaya mencapai maksimum, kelompok ikan turun menyebar ke lapisan yang lebih dalam dengan membentuk kelompok yang lebih besar tetapi dalam jumlah yang lebih sedikit dari lapisan permukaan.

Menurut Nontji (2005) dalam Magdalena (2010), yang banyak mempelajari biologi ikan teri di Indonesia menduga bahwa jenis tertentu seperti Stolephorus pseudoheterolobus mengadakan ruaya (migrasi) secara periodik. Ini didasarkan pada kenyataan yang dapat diamati di Perairan Bangka sampai Riau. Di Kepulauan Lingga yang terletak di sebelah utara Bangka, ikan ini dapat ditangkap hanya pada bulan Februari hingga Agustus dengan tangkapan maksimum pada bulan Juli-Agustus. Lebih ke utara dari Kepulauan Riau jenis ini baru bisa ditangkap pada bulan April hingga Oktober dimana dapat dilihat munculya dan habisnya pun dua bulan lebih cepat dibandingkan di Kepulauan Lingga. Jadi, tampaknya ada kemungkinan migrasi menuju ke utara.

Nontji (2005) dalam Magdalena (2010), juga mengatakan bahwa teri juga memiliki daerah sebaran yang luas di daerah Indo-Pasifik, Tahiti dan Madagaskar. Stolephorus zollingeri dan Stolephorus celebicus banyak terdapat di perairan Indonesia bagian timur, sedangkan Stolephorus tri ditemukan dalam jumlah banyak dekat muara-muara sungai besar di Sumatera dan Kalimantan. Stolephorus baganensis bahkan dapat masuk sampai jauh ke perairan payau.


2.3 Kajian Stock

Ikan teri merupakan salah satu komoditas perikanan yang bernilai ekonomis tinggi, menjadi komoditas unggulan, ketersediaan produksi sepanjang tahun dan menjadi salah satu komoditas industri pengolahan produk perikanan (Laisa et al., 2013; Akbar et al., 2016; Safruddin et al., 2014 dalam Sutono dan Susanto, 2016). Ikan teri juga menjadi salah satu komoditas unggulan sektor perikanan laut di Kabupaten Tegal. Upaya pemanfaatan (trip) potensi ikan teri di perairan pantai Tegal dari tahun 1999 sampai 2011 menunjukkan peningkatan rata-rata 14,61% per tahun, dengan trend kenaikan produksi rata-rata 0,95% per tahun. Sedangkan keadaan sebaliknya terjadi pada perolehan per unit usahanya (CPUE), dimana setiap tahunnya mengalami penurunan rata-rata sebesar 11,24%. Produksi ikan teri di perairan pantai Tegal yang didaratkan di Tempat Pelelangan Ikan dari tahun 1999 sampai dengan 2011, menunjukkan trend kenaikan rata-rata sebesar 0,95% per tahun sejalan dengan penambahan unit usaha. Namun demikian perolehan per unit usahanya (CPUE) mengalami penurunan rata-rata sebesar 11,24% setiap tahunnya.

Tingginya permintaan masyarakat terhadap ikan teri, menyebabkan nelayan berusaha melakukan usaha penangkapan ikan sebanyak mungkin tanpa adanya pembatasan. Jumlah ikan teri nasi yang diamati sebanyak 6900 ekor, dengan panjang total antara 10.72 mm-36.76 mm. Berdasarkan hasil pengelompokan ke dalam kelas panjang didapatkan 14 kelas panjang dengan frekuensi yang berbeda-beda untuk setiap kelas panjang tersebut. Jumlah ikan teri nasi yang tertangkap di perairan Belawan secara temporal cenderung fluktuatif, dengan jumlah yang terkecil pada bulan Agustus 2014 (Gurukinayan et al., 2015).


2.4 Kandungan Gizi

Ikan teri mengandung protein, mineral, vitamin, dan zat gizi lainnya yang sangat bermanfaat untuk kesehatan dan kecerdasan. Protein teri tersusun atas beberapa macam asam amino esensial. Komposisi kimia ikan teri di pengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik. Ikan teri sangat tinggi kandungan proteinnya, yaitu 68,7 g/100 g teri kering tawar dan 42 g/100 g teri kering asin. Protein ikan teri mengandung sejumlah asam amino esensial, yaitu asam amino yang tidak dapat dibentuk didalam tubuh, tetapi harus berasal dari makanan. Asam amino esensial yang paling menonjol pada ikan teri adalah isoleusin, leusin, lisin dan valin. Selain mengandung asam amino esensial, teri juga kaya akan asam amino nonesensial. Asam amino non esensial yang menonjol pada ikan teri adalah asamglutamat dan asam aspartat, masing-masing kadarnya mencapai 1.439 dan 966 mg/100 g teri segar. Sumbangan zat gizi yang sangat berarti dari ikan teri adalah mineral, kalsium, fosfor dan zat besi. Kandungan kalsium pada ikan teri segar, kering tawar dan kering asin per 100 gramnya, masing-masing adalah 500, 2.381 dan 2.000 mg, Sedangkan kadar fosfornya, masing-masing adalah 500, 1.500, dan 300 mg/100g (Astawan, 2008 dalam Wenda, 2017).

gizi-ikan-teri

Gambar 2. Komposisi gizi ikan teri segar dan olahannya

(Sumber: Mahmud et al., 1990 dalam Wenda, 2017)


Ikan teri seperti ikan laut pada umumnya, adalah merupakan sumber nutrisi yang penting bagi masyarakat Indonesia. Pada umumnya ikan teri mengandung protein yang jumlahnya sekitar 16% dan kandungan lemak hanya 1%. Air adalah merupakan komponen terbanyak pada daging ikan teri, yaitu 80 % (Direktorat Gizi, 1981 dalam Sedjati, 2006). Proses penggaraman pada pengolahan ikan secara tradisional, mengakibatkan hilangnya protein ikan yang dapat mencapai 5%, tergantung pada kadar garam dan lama penggaraman (Opstvedt, 1988 dalam Sedjati, 2006). Secara ringkas gambaran nilai nutrisi pada ikan asin dan teri asin adalah seperti pada Gambar 3.

komposisi-ikan-asin
Gambar 3. Komposisi ikan asin dan teri asin kering (per 100 gram bahan)

(Sumber: Direktorat Gizi, 1981 dalam Sedjati, 2006)


Proses pengasinan teri dimulai dari pemilihan ikan teri yang akan diolah. Ikan teri yang sudah membusuk sebaiknya tidak diasinkan. Setelah pemilihan selesai, kemudian ikan teri dicuci dengan air dingin untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang tercampur dengan ikan, menghilangkan darah dan lendir. Isi perut dan insang ikan teri yang dicuci ini tidak perlu dibuang. Terdapat dua jenis produk ikan teri asin kering, yaitu teri kering asin mentah dan teri asin kering dengan perebusan (Sedjati, 2006).


2.5 Pemanfaatan

Produk olahan perikanan di Indonesia banyak yang diolah oleh para pengolah tradisional melalui proses pengeringan dengan sinar matahari. Produk olahan ikan teri nasi (Stolephorus spp.) yang merupakan hasil dari proses pengeringan dapat juga ditemukan di pasar dalam bentuk setengah kering. Produk ikan teri nasi setengah kering ini juga telah distandarisasi oleh Badan Standar Nasional Indonesia dengan SNI 01-3461-1994 yang kemudian direvisi menjadi SNI 3461.3:2013. Kelebihan dari produk dalam bentuk setengah kering ini adalah teksturnya lebih lunak dibandingkan dengan ikan teri nasi kering karena kadar airnya berdasarkan SNI berada pada kisaran 30% - 60%, sehingga relatif lebih disukai konsumen dan bisa diolah lebih lanjut menjadi produk akhir yang lebih bervariasi (Fahmi et al., 2015).




3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

  • Ikan teri adalah salah satu jenis ikan yang paling populer di kalangan penduduk Indonesia. Ikan teri adalah semua jenis ikan dari marga Stolephorus sp. dari anak suku Engraulinae. 

  • Ikan teri berdasarkan sifatnya yang sering melakukan migrasi memiliki penyebaran di Samudera Hindia sebelah timur sampai daerah Pasififik Tengah bagian barat.

  • Jumlah ikan teri nasi yang tertangkap di perairan Belawan secara temporal cenderung fluktuatif. 

  • Ikan teri mengandung protein, mineral, vitamin, dan zat gizi lainnya yang sangat bermanfaat untuk kesehatan dan kecerdasan.

  • Produk olahan ikan teri nasi (Stolephorus spp.) yang merupakan hasil dari proses pengeringan dapat juga ditemukan di pasar dalam bentuk setengah kering.


3.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui nilai ekonomis dari ikan teri (Stolephorus spp.).



DAFTAR PUSTAKA

Fahmi, A. S., W. F. Ma’ruf dan T. Surti. 2015. Kemunduran mutu dan umur simpan ikan teri nasi setengah kering (Stolephorus spp.) selama penyimpanan dingin. Jurnal Saintek Perikanan. 11 (1):41-46.

Gurukinayan, Z. A., Yunasfi dan A. Muhtadi. 2015. Kajian aspek pertumbuhan dan laju eksploitasi ikan teri nasi (Stolephorus spp.) di Perairan Belawan Sumatera Utara.

Magdalena, A. F. 2010. Dinamika stok ikan teri Stolephorus indicus (Van Hasselt, 1983) di Teluk Banten Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Skripsi. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Purba, W. K. D., Y. Hanani D. dan N. A. Yunita D. 2015. Studi identifikasi kandungan formalin pada ikan teri nasi asin di pasar tradisional dan pasar modern Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal). 3 (3): 831-341.

Sedjati, S. 2006. Pengaruh konsentrasi khitosan terhadap mutu ikan teri (Stolephorus heterolobus) asin kering selama penyimpanan suhu kamar. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.

Sirait, M. D. dan A. Purwoko. 2012. Kajian resiko usaha pengolahan ikan teri di Desa Pagurawan, Kecamatan Medang Deras, Kabubapaten Batubara, Provinsi Sumatera Utara. AGRISEP. 11 (2): 187-196.

Sutono, D. dan A. Susanto. 2016. Pemanfaatan sumberdaya ikan teri di Perairan Pantai Tegal. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 6 (2): 104-115.

Wenda, R. 2017. Analisis kandungan gizi sinole teri yang ditambahkan dengan ikan teri nasi dan daya terimanya. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


Comments

Popular posts from this blog

Teknik Pendinginan Produk Perikanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1         Latar Belakang Setelah meratifikasi Montreal Protocol pada tahun 1992 dan Kyoto Protocol pada tahun 1996, Indonesia juga tidak luput dari permasalahan global yang dihadapi oleh industri pendinginan dunia sebagai dampak dari kedua perjanjian internasional di atas. Dengan demikian, penelitian di bidang refrigeran dan pendinginan sangat penting dan bermanfaat dilakukan di Indonesia. Jenis refrigeran yang cocok diteliti kemungkinan pemakaiannya di lndonesia adalah refrigeran hidrokarbon, karena selain bersifat alami (natural) hidrokarbon juga tersedia sebagai sumber daya alam yang relatif besar. Penggunaan refrigeran hidrokarbon juga dapat menghemat energi bila dibanding refrigeran R12 (Maclaine dan Leonardi, 1997 dalam Sihaloho dan Tambunan, 2005 ). Aisbett dan Pham (1998) dalam Sihaloho dan Tambunan (2005) menyatakan bahwa penggunaan hidrokarbon sebagai refrigeran pengganti CFC dan HFC dapatmemberikan penghematan biaya yang signifikan untuk

Ikan Sebelah (Psettodes erumei)

1.   PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Kekayaan alam laut Indonesia yang luas berpotensi menghasilkan hasil laut yang beraneka ragam dengan jumlah yang cukup besar yaitu sebanyak 6,26 juta ton per tahun. Hasil produksi perikanan laut ( marine fisheries ) di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 mencapai 3,24 %, dimana pada tahun 2012 hasil produksi ikan laut sebanyak 5.829.194 ton. Hasil laut terutama ikan diolah untuk menjadi bahan pangan masyarakat (Purba et al., 2015). Tingkat konsumsi ikan Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2013 mencapai 35,62 kilogram per kapita dari tahun 2012, yaitu sebanyak 33,14 kilogram per kapita (Purba et al., 2015). Indonesia memiliki wilayah perairan tropis yang terkenal kaya dalam perbendaharaan jenis-jenis ikannya. Berdasarkan penelitian dan beberapa literatur diketahui tidak kurang dari 3.000 jenis ikan yang hidup di Indonesia.Dari 3.000 jenis tersebut sebanyak 2.700 jenis (90%) hidup di p

Enzim Transferase

BAB I PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Indonesia mengimpor hampir seluruh kebutuhan enzim (sekitar 90%) dari luar negeri. Dari aspek pasar, kebutuhan enzim di Indonesia terus meningkat sebagaimana dapat dilihat dari nilai impor. Menurut Badan Pusat Statistik, impor untuk produksi farmasetika tahun 2007 adalah sebesar 2,988 trilyun rupiah, tahun 2008 menjadi 3,391 trilyun rupiah dan pada tahun 2011 diperkirakan menjadi 4,55 trilyun rupiah. Kebutuhan enzim dunia terus meningkat yaitu sebesar 6,5% per tahun dan menjadi $5,1 miliar pada tahun 2009 (Trismilah et al. , 2014).   Enzim adalah protein yang berfungsi sebagai katalisator untuk reaksi-reaksi kimia didalam sistem biologi. Katalisator mempercepat reaksi kimia. Walaupun katalisator ikut serta dalam reaksi, ia kembali ke keadaan semula bila reeaksi telah selesai. Enzim adalah katalisator protein untuk reaksi-reaksi kimia pasa sistem biologi. sebagian besar reaksi tersebut tidak dikatalis oleh enzim (Indah, 2004). E