Makalah Makroalga (Alaria esculenta dan Palmaria palmata) |
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Luas
wilayah Indonesia sebagian besar adalah wilayah perairan, yaitu dua pertiganya.
United Nation Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) pada tahun 1982
melaporkan bahwa luas perairan Indonesia adalah 5,8 juta km2 dan di
dalamnya terdapat 27,2% dari seluruh spesies flora dan fauna di dunia. Rumput
laut atau lebih dikenal dengan sebutan seaweed merupakan salah satu
sumber daya hayati yang melimpah di perairan Indonesia yaitu 8,6% dari total
biota di laut (Sendy et al., 2014 dalam Alam, 2015).
Rumput
laut atau alga sudah dikenal manusia, lama sejak manusia belum memasuki abad
Masehi, yaitu sekitar 2.700 tahun SM. Saat itu bangsa Cina di bawah kekuasaan
Dinasti Shen Nung telah mengenal serta memanfaatkan rumput laut sebagai salah
satu bahan baku pembuatan obat-obatan tradisional. Bangsa Romawi yang terkenal
sebagai bangsa berkebudayaan tinggi masa itu, baru menjelang awal abad Masehi,
yaitu sekitar 65 tahun SM, mengenal rumput laut. Mereka memanfaatkan rumput
laut sebagai bahan baku pembuatan kosmetika. Sejalan dengan kemajuan
pengetahuan manusia yang dipelopori negara-negara di Eropa, maka pemanfaatan
rumput laut pun terus berkembang dan menyebar, terutama ke negara-negara Eropa
Barat. Memanfaatkan rumput laut sebagai bahan baku pembuatan gelas dan pupuk
organik (Husni et al., 2014 dalam Alam, 2015).
Algae
adalah kelompok tanaman heterogen dan dapat dibagi menjadi dua kelompok utama; mikroalga
dan makroalga, yang terakhir ini juga disebut sebagai rumput laut. Makroalga
selanjutnya dapat dibagi menjadi ganggang coklat (Phaeophyta), ganggang hijau
(Chlorophyta) dan alga merah (Rhodophyta) (Fische, 2016). Rumput laut
(makroalga) adalah ganggang alga (algae) yang berbentuk poliseluler dan
hidup di laut. Menurut Winarno (1990) dalam Munifah (2008), alga hijau
dan biru banyak tumbuh di air tawar, sedangkan alga coklat dan merah hampir
secara ekslusif tumbuh di laut sebagai habitatnya. Anggadiredja et al.
(2006) dalam Munifah (2008), menyatakan bahwa dari 782 jenis rumput laut
Indonesia, hanya 18 jenis dari 5 genus (marga) yang sudah diperdagangkan.
Produksi rata-rata rumput laut Indonesia selama 5 tahun (1995-1999) sebesar
38.000 ton per tahun dipanen dari lahan seluas kurang lebih 2.500 ha (tambak
dan laut). Dengan demikian, baru termanfaatkan sebesar 9,7% saja dari luas
potensi lahan yang ada (Anggadiredja et al., 2006 dalam Munifah,
2008). Contoh dari alga yang dimanfaatkan, yaitu Alaria esculenta dan Palmaria palmata.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat ditentukan rumusan
masalah dalam makalah ini seperti berikut.
1. Apa yang dimaksud Alaria esculenta dan Palmaria palmata?
2. Bagaimana struktur fisika Alaria esculenta dan Palmaria palmata?
3. Bagaimana komposisi kimia Alaria esculenta dan Palmaria palmata?
4. Bagaimana pemanfaatan Alaria esculenta dan Palmaria palmata?
1.3
Tujuan
Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas maka dapat ditentukan tujuan
dalam makalah ini seperti berikut.
1. Mengetahui Alaria esculenta dan Palmaria palmata.
2. Memahami struktur fisika Alaria esculenta dan Palmaria palmata.
3. Memahami komposisi kimia Alaria esculenta dan Palmaria palmata.
4. Memahami pemanfaatan Alaria esculenta dan Palmaria palmata.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
2.1.1
Alaria esculenta
Alaria esculenta adalah anggota dari Alariaceae dan untuk S.
latissima anggota dari laminariales. A. esculenta, juga dikenal
sebagai Winged kelp, dapat ditemukan di laut Atlantik Utara dan
makroalga ini tidak dapat tumbuh pada suhu di atas 16°C. A. esculenta
tumbuh dizona sublittoral atas dan dapat ditemui di daerah dengan gelombang
seperti S. latissima yang berada pada daerah yang lebih terlindung
(Fische, 2016).
Alga coklat Alaria esculenta (Linneaus) Greville, (yang secara
harfiah berarti ‘edible wings’), adalah rumput laut cokelat keluarga
Alariaceae dan ordo Laminariales (Kelp). Rumput laut ini tumbuh di daerah yang
terkena atau di bawah air. Pertumbuhan di daerah yang dibatasi isoterm musim
panas 16ºC dan dapat ditemukan di seluruh pantai Irlandia. A. esculenta
(satu-satunya spesies asli Irlandia) dapat digunakan sebagai pengganti Undaria
pinnatifida (Harvey) Suringar (Wakame) rumput laut yang sangat populer di negara-negara
Asia dengan berbagai aplikasi dan hasil lebih dari 500.000 t segar per tahun
(Nisizawa et al., 1987; Indergaard dan Minsaas, 1991; Druehl, 1988;
Yamanaka dan Akiyama, 1993 dalam Kraan dan Guiry, 2000).
Gambar 1. Alaria esculenta
(Sumber: Kraan dan Guiry, 2000)
|
2.1.2 Palmaria palmata
Klasifikasi Palmaria palmata menurut Kuntze (1891) dalam Werner et al. (2011) sebagai berikut.
Phylum
|
Rhodophyta
|
Sub-phylum
|
Eurhodophytina
|
Class
|
Florideophyceae
|
Sub-class
|
Nemaliophycidae
|
Order
|
Palmariales
|
Family
|
Palmariaceae
|
Species
|
Palmaria palmata (Linnaeus) O.
|
Gambar 2. Palmaria palmata
(Sumber: Werner et al., 2011)
|
Alga merah Palmaria palmata (Linnaeus) Weber et Mohr tersebar secara
luas di perairan dingin Atlantik Utara dan Samudra Arktik (Irvine dan Guiry,
1983; Bird dan Van der Meer 1993; Guiry dan Guiry 2011 dalam Garbary et
al., 2012). Meskipun afinitas dingin, P. palmata hidup di iklim
hangat perairan selatan sejauh New Jersey di Atlantik Barat Laut (Taylor, 1957
dalam Garbary et al., 2012) dan Portugal di Eropa, dengan populasi
besar di Spanyol Utara (Faes dan Viejo, 2003 dalam Garbary et al.,
2012). Seluruh jangkauan P. palmata mungkin menjadi epifit dan biasanya
terjadi di intertidal rendah dan zona subtidal ke kedalaman sekitar 20 m
(Irvine dan Guiry, 1983; Faes dan Viejo, 2003; Vadas et al., 2004 dalam
Garbary et al., 2012).
Di bagian timur Kanada P. palmata ditemukan dari Teluk Fundy melalui
Teluk St. Lawrence dan Pulau Newfoundland (Taylor, 1957; Edelstein et al.,
1970; Wilson et al., 1979; Selatan dan Hooper, 1980; South et al.,
1988 dalam Garbary et al., 2012). Spesies ini dapat berlimpah dan
komersial untuk di panen (MacFarlane, 1966; Ffrench, 1974; Chopin dan Ugarte,
2006 dalam Garbary et al., 2012). P. palmata memiliki
sejarah panjang pemanfaatan manusia (Guiry dan Guiry, 2011 dalam Garbary
et al., 2012) dan di Kanada Timur dikenal luas dan disebut sebagai
Dulse. Alga sangat bergizi (Galland-Irmouli et al. 1999 dalam Garbary
et al., 2012) dan sebagian besar dikonsumsi sebagai produk (misalnya,
MacFarlane, 1966; Bird dan Van der Meer, 1993 dalam Garbary et al.,
2012). Akhir-akhir ini, bentuknya serpih dan dicampurkan dalam berbagai makanan
(misalnya Rhatigan, 2009 dalam Garbary et al., 2012). Berbagai
aspek komposisi kimia telah dievaluasi termasuk konten lipid (Mishra et al.,
1993 dalam Garbary et al., 2012) dan antioksidan (misalnya, Yuan
et al., 2009; Cornish dan Garbary, 2010 dalam Garbary et al.,
2012).
2.2 Struktur Fisika
2.2.1
Alaria esculenta
Alaria esculenta merupakan tanaman berwarna zaitun atau kuning-coklat dengan
panjang 4 m dan lebar 25 cm. Akar tertancap erat di dasar, fleksibel, berdaun dan
bagian tengah seperti rusuk. Memiliki bagian tubuh gelap-coklat, terbatas pada daun
bercabang, biasanya dalam dua baris. Tanaman ni disebut kelp di Irlandia
dan Inggris dengan pelepah yang berbeda dan satu-satunya dengan sporangia di
dasar daun yang disebut sporophylls (www.macoi.com). Stipe pendek, panjang, blade
halus fleksibel, panjang tanaman dapat mencapai 4 meter. Alaria
esculenta fleksibel dan memiliki talus halus disesuaikan dengan habitat di
pantai (Werner dan Kraan, 2004).
Gambar 3. Morfologi Alaria esculenta
(Sumber: Werner dan Kraan, 2004)
|
2.2.2 Palmaria palmata
Alga merah Palmaria palmata memiliki talus datar yang biasanya
dibagi dalam fork seperti (dichotomously) atau tumbuh palmately, yaitu menjadi
lobus memancar dari pusat daun. Tekstur daun membran atau kasar. Daun timbul
dari diskoid kecil baik yang melekat secara tunggal atau berkerumun
bersama-sama dalam kelompok pada substrat. Stipes yang tidak jelas dan kurang
dari 5 mm. Daun dewasa umumnya tumbuh sekitar 50 cm namun bisa mencapai satu
meter. Tanaman yang lebih tua sering menunjukkan outgrowths marjinal
daun baru. Morfologi dapat sangat bervariasi tergantung pada kondisi
lingkungan. Bentuk halus dari Palmaria, yang dikenal sebagai P.
palmata var. sarniensis dan var. sobolifera, dapat ditemukan serta bentuk
yang khas (var. palmata). Kedua ekotipe cenderung lebih terlindung dan
berlumpur dari var. palmata. Palmaria palmata adalah spesies abadi
menunjukkan pertumbuhan baru daun setiap tahun. Umur maksimal daun tidak
diketahui (Werner et al., 2011).
Gambar 4. Morfologi Palmaria palmata
(Sumber: Werner et al., 2011)
|
Palmaria palmata adalah alga coklat merah. Daun bervariasi (rata-rata 50-300
mm hingga 1000 mm), warna ungu kemerahan dan tekstur agak kasar. Daun timbul
dari dasar diskoid, biasanya dengan stipe kecil berkembang secara sederhana
atau dichotomously dan palmately dibagi daun. Lamina lobed yang bercabang
secara bertahap dan membagi segmen yang luas mulai dari panjang berukuran 50 cm
dan lebar 3-8 cm yang berbentuk datar proliferations baji dari tepi. Bagian yang
muda lebih lembut dan bagian yang lebih tua mungkin memiliki 'leaflet' kecil
sepanjang margin (www.codif-recherche-et-nature.com).
2.3 Komposisi Kimia
2.3.1
Alaria esculenta
Kelp adalah alga laut yang sehat dan bergizi tinggi serat, vitamin dan mineral,
termasuk vitamin C, vitamin K, zat besi, kalsium, yodium dan magnesium dan
telah lama menjadi bagian penting dari makanan masyarakat pesisir. Kelps
dikonsumsi dalam bentuk salad dan sup serta dapat ditambahkan ke makanan bahkan
bir (Marshall Wharf Brewery di Belfast membuat bir rumput laut gula yang
disebut "sea belt") untuk meningkatkan rasa dan gizi. Kelp
juga berguna dalam industri kecantikan, karena mengandung alginat, vitamin dan
mineral yang bermanfaat untuk rambut dan kulit (Redmond et al., 2016).
Polisakarida adalah metabolit yang banyak terdapat pada organisme laut,
terutama ganggang. Tumbuhan seperti ganggang coklat, merah dan hijau dikenal
sebagai bahan makanan tradisional bagi orang-orang pesisir. Di banyak negara,
ganggang coklat Laminaria, Saccharina, Fucus, Alaria, Sargassum, Undaria,
Pelvetia genera, ganggang hijau seperti Ulva spp., Caulerpa
lentilifera serta ganggang merah seperti Gracilaria spp., Porphyra
spp. dan lain-lain merupakan bagian penting dari diet, bentuk gel sebagai
produk makanan asal alga di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat. Saat ini,
ganggang telah dipasarkan di seluruh dunia sebagai konstituen dari suplemen
makanan karena sifat antimutagenik, antikoagulan dan antitumor mereka serta
tingginya kandungan serat. Sifat preventif dari fucoidans terhadap kanker telah
ditunjukkan dalam banyak percobaan. Misalnya, penurunan pertumbuhan clonogenic
sel tumor ditunjukkan setelah pengobatan dengan fucoidans. Penghambatan
transformasi sel memberikan bukti tentang potensi anti-tumorigenic fucoidans
dari A. nodosum. S. japonica, U. pinnatifida, Alaria sp., dan F.
evanescens (Fedorov et al., 2013).
Ekstrak polifenol dari Alaria, Ascophyllum dan Palmaria menghambat
proliferasi CaCo-2 sel kanker usus. Ekstrak dari Alaria lebih efektif
daripada Ascophyllum dan Palmaria. Nilai-nilai IC50 (konsentrasi
ekstrak diperlukan untuk 50% penghambatan) untuk Ascophyllum dan Palmaria
yang serupa sekitar 33 lg/ll dan 38 lg/ll. Nilai-nilai ini dalam kisaran yang
sama seperti sebelumnya dikutip dalam laboratorium untuk ekstrak kaya fenolik
dari raspberry (Ross et al., 2007 dalam Nwosu et al.,
2010). Ekstrak Alaria diperkirakan lebih efektif dengan nilai IC50 7 lg/ml
(Nwosu et al., 2010).
Galland-Irmouli et al. (1999) dalam Wells et al.
(2016) menganalisis satu dulse/bulan (kecuali Agustus) dari Pantai Brittany
dengan tiga ulangan teknis dan berhasil ditemukan ~15% protein dari massa
kering selama Juni sementara ~23% protein pada November. Sebuah studi musiman
(Oktober 2010-Oktober 2011, 3-8 bulan sampel/spesies) kadar protein empat kelps
(Laminaria digitata, Laminaria Hyperborea, Saccharina latissima, Alaria
esculenta) menunjukkan hubungan terbalik antara protein lebih tinggi di
musim dingin dan polisakarida tinggi di musim panas, serta jelas menunjukkan
kandungan protein yang lebih tinggi dari Alaria esculenta dibandingkan
dengan kelps lainnya (Schiener et al., 2015 dalam Wells et
al., 2016).
Gambar 5. Kandungan gizi Alaria esculenta
(Sumber: www.ceva.fr)
|
2.3.2
Palmaria palmata
Menurut Fleurence (1999) dalam Fische (2016) fraksi protein di
ganggang merah bervariasi antara 10-47% (dw) dan untuk P. palmata
kandungan protein sekitar 35% (dw). Morgan et al. (1980) dalam
Fische (2016) menemukan kandungan karbohidrat dalam P. palmata berada di
sekitar 38-74% (dw) dan lipid sekitar 0,2 -3,8% (dw). Ganggang merah biasanya
mengandung sekitar 8-30% abu (dw) dan jumlah abu P. palmata sekitar
15-30% (dw). P. palmata mengandung lipid 0,3-3,8% (dw). P. palmata
telah ditemukan mengandung protein yang bervariasi 9-25% (dw) tergantung pada
musim dan jumlah yang lebih tinggi selama musim dingin kemudian selama musim
panas. Harnedy dan FitzGerald (2011) menemukan kandungan asam glutamat, serin
dan alanin pada P. palmata yang tinggi jika dipanen di akhir musim
dingin dan musim semi, serta di September dan Oktober, sedangkan tingkat yang
rendah dalam sampel dari Juli dan dari November-Januari. Selain itu kadar
histidin, leusin, lisin, fenilalanin, tirosin dan treonin menurun dalam sampel P.
palmata dipanen pada periode April sampai September. Juga telah ditemukan
bahwa kandungan protein lebih rendah ketika sintesis karbohidrat mencapai
puncaknya. Dalam P. palmata fraksi asam amino utama terdiri leusin,
valin dan metionin. P. palmata juga telah dilaporkan mengandung glisin dalam
jumlah tinggi.
Palmaria palmata sebagai salah satu dari sedikit rumput laut di Eropa
untuk konsumsi manusia, komposisi kimia dari Palmaria telah menarik perhatian sejak
lama (Morgan et al., 1979 dalam Werner et al., 2011).
Dalam beberapa tahun terakhir, kesadaran akan kesehatan meningkat di kalangan
masyarakat umum dan pencarian sumber protein baru untuk pakan ternak dan
senyawa bioaktif baru, telah menyebabkan penyelidikan lebih lanjut pada rumput
laut, yang akibatnya telah meningkatkan berbagai aplikasi untuk kesehatan makanan,
suplemen makanan, kosmetik dan juga aplikasi medis (Løvstad Holdt dan Kraan,
2011; Indergaard dan Minsass, 1991 dalam Werner et al., 2011). Palmaria
palmata memiliki kandungan protein yang relatif tinggi cocok untuk makanan
manusia dan hewan. Kandungan protein bisa meningkat bila di budidaya terpadu
atau dibudidayakan dengan abalone (Langdon et al., 2004 dalam Werner
et al., 2011). Palmaria palmata juga merupakan sumber vitamin dan
mineral serta antioksidan, yang menangkal radikal bebas. Kandungan bahan kimianya
berbeda dan bervariasi tergantung musim dan lokasi (Hagen Rogge et al.,
2004 dalam Werner et al., 2011). Konsentrasi senyawa kimia yang
ditemukan dalam Palmaria palmata ditunjukkan pada Gambar 6.
Gambar 6. Komposisi kimia Palmaria palmata
(Sumber: Morrissey et al., 2001 dalam Werner et al., 2011)
|
Kualitas gizi dan manfaat kesehatan dari dulse atau P. palmata
memiliki aplikasi potensial dalam makanan dan industri nutraceutical
berdasarkan kandungan serat, mineral, protein tinggi, serta antioksidan
hidrofilik senyawa termasuk asam L-askorbat, glutathione (GSH), polifenol dan
asam mycosporine seperti amino (MAA) (Ólafsdóttir et al.,
2009).
Palmaria palmata mengandung asam amino esensial leusin, valin dan
metionin. Rata-rata tingkat asam amino tertinggi, yaitu ovalbumin. Di sisi
lain, jumlah isoleusin dan treonin sama seperti pada polong. Histidin adalah
asam amino esensial yang baik untuk anak-anak, jumlahnya sama pada polong-polongan
dan protein telur (Fleurence, 1999). Palmaria palmata (dulse) adalah rumput laut dapat dimakan
diketahui sangat kaya akan kalium. Dulse dikenal tinggi kalium, dengan
konsentrasi dilaporkan mulai dari 22,2-122 mg/g berat kering. Dengan
perbandingan, pisang (Musa acuminata Colla), dikenal sebagai sumber
kalium, memiliki kandungan kalium yang dilaporkan sekitar 3,58 mg/g. Untuk
menempatkan ini dalam perspektif, 200 g dulse dikonsumsi oleh pasien
hyperkalemia adalah setara (dalam hal berat badan) dua pisang, konsentrasi
kalium 34 kali. Rata-rata asupan makanan sehari-hari kalium adalah antara 1550
dan 4700 mg, lebih dari 90% yang diserap melalui saluran gastrointestinal
(McGrath et al., 2010).
Palmaria palmata merupakan sumber yang baik untuk diet, kaya akan
kalium, zat besi, yodium dan sodium relatif rendah. Dapat menyediakan lebih
dari 100% jumlah harian vitamin B6, 66% dari vitamin B12, zat besi dan
fluoride. Itu sebabnya manusia telah memakannya sejak abad 10. Salah satu
manfaat penting dari Palmaria palmata adalah sumber vitamin. Vitamin C
membantu dalam mencegah kondisi seperti kudis, yang mungkin timbul akibat
kekurangan vitamin C. Vitamin A untuk diet dan membantu mencegah penyakit
seperti kebutaan, penyakit terkait sumsum tulang, sel-sel darah putih dan
banyak lainnya. Vitamin B meningkatkan fungsi otak dan kesehatan sistem saraf. Dulse
juga dapat direkomendasikan untuk memperbaiki kekurangan mineral seperti anemia
(karena kandungan zat besi yang tinggi), untuk meningkatkan proses pencernaan,
untuk memperbesar tiroid (karena kandungan yodium yang tinggi) dan untuk kelenjar.
Dulse bermanfaat bagi impotensi. Dulse rumput laut ini mengandung
fluor yang berfungsi meningkatkan sistem pertahanan tubuh dan memperkuat gigi serta
tulang. Juga berguna terhadap virus herpes. Karaginan yang tinggi memberikan fluidifying
dan toning, sangat baik untuk dinding pembuluh darah dan mikrosirkulasi
lemak dalam tubuh (www.codif-recherche-et-nature.com).
Gambar 7. Komposisi asam amino beberapa alga (gram asam amino/100 g protein)
(Sumber: Fleurence, 1999)
|
Gambar 8. Kandungan gizi Palmaria palmata
(Sumber: www.ceva.fr)
|
2.4 Pemanfaatan Alaria esculenta dan Palmaria
palmata
2.4.1 Makanan
Manusia
Makroalga dimanfaatkan sebagai makanan di China, Jepang, Korea, Filipina
dan beberapa negara Asia lainnya. Produsen terbesar adalah China, yang memanen
sekitar 5 juta ton/tahun (McHugh, 2003). Misalnya, "nori", sebenarnya
Porphyra spp., yang digunakan untuk membuat sushi, saat ini industri di
Asia dengan omset tahunan US$1x109 (Pulz dan Gross, 2004). Spesies lain yang
digunakan sebagai makanan manusia yang Monostroma spp., Ulva
spp., Laminaria spp., Undaria spp., Hizikia fusiformis, Chondrus
crispus, Caulerpa spp., Alaria esculenta, Palmaria palmata,
Callophyllis variegata, Gracilaria spp. dan Cladosiphon
kamuranus (Hallmann, 2007).
Palmaria palmata secara luas digunakan untuk makanan, dikeringkan dan
dimakan mentah, di Irlandia, Skotlandia, Islandia, Norwegia dan Perancis. Ganggang
ini merupakan salah satu dari beberapa rumput laut dengan rasa yang lezat
(sedikit rasa pedas); sifat-sifatnya yang mirip dengan bumbu. Di Islandia di
makan dengan mentega. Di goreng cepat, panggang dalam oven tertutup dengan
keju, dengan salsa, atau di oven sebentar. Digunakan dalam sup, sandwich dan
salad, atau ditambahkan ke roti atau adonan pizza. Palmaria palmata juga
dijual sebagai bumbu dan rempah-rempah, atau sebagai pengganti garam (www.codif-recherche-et-nature.com).
Gambar 9. Berbagai produk makanan dari kelp
(Sumber: Remond et al., 2016)
|
2.4.2 Pakan Hewan
Banyak evaluasi menunjukkan kesesuaian biomassa alga sebagai suplemen pakan
(Becker, 2004 dalam Hallmann, 2007). Terutama mikroalga Spirulina
dan Chlorella digunakan sebagai pakan untuk banyak jenis hewan: kucing,
anjing, ikan, burung, kuda, unggas, sapi dan kerbau (Spolaore et al.,
2006 dalam Hallmann, 2007). Makroalga seperti Ulva spp., Porphyra
spp., Palmaria palmata, Gracilaria spp., dan Alaria esculenta
digunakan sebagai pakan. Semua alga ini mampu meningkatkan kandungan gizi dan
mempengaruhi fisiologi hewan-hewan tersebut.
Palmaria palmata dianggap menjadi pakan yang seimbang untuk abalone,
dengan protein, kadar lemak, dan karbohidrat 15, 3-5 dan 20-30 (Mercer et
al., 1993 dalam Rosen et al., 1999). Alaria esculenta
digunakan di Skotlandia dan Irlandia untuk konsumsi manusia dan pakan ternak
serta digunakan sebagai pupuk (Newton, 1931; Guiry dan Hession, 1996; Guiry,
1997 dalam Kraan et al., 2000). Alaria esculenta kaya
gula, protein, vitamin dan logam lainnya serta mengandung 42% asam alginat
(Indergaard dan Minsaas, 1991; Lewallen dan Lewallen, 1996 dalam Kraan et
al., 2000). Spesies ini dibudidayakan untuk pakan ternak dan produk
perawatan tubuh (Guiry dan Blunden, 1991; Guiry, 1997 dalam Kraan et
al., 2000). Akhir-akhir ini, digunakan sebagai bahan makanan dalam
akuakultur untuk herbivora, moluska, bulu babi, udang dan ikan (Yone et al.,
1986; Moss, 1994; Stuart dan Brown, 1994; Mai et al., 1996; Nakagawa et
al., 1997 dalam Kraan et al., 2000). Sejauh ini, uji coba budidaya
A. esculenta telah dilakukan dengan sukses di Isle of Man (Kain dan
Dawes, 1987 dalam Kraan et al., 2000) dan Ard Bay, Connamora,
Irlandia (Kraan da Guiry, tidak diterbitkan dalam Kraan et al.,
2000), dan panen 9 t ha-1 dalam waktu 3 bulan.
2.4.3 Sumber
Senyawa Bioaktif
Burgess
et al., (2003) dan Hellio et al., (2003) dalam Munifah
(2008) menyatakan dalam hasil penelitiannya bahwa alga jenis Ulva lactuca memiliki
aktivitas sebagai senyawa antifouling, sedangkan beberapa alga lain seperti Fucus
serratus, Fucus spiralis, Laminaria sp., Palmaria palmate, Corallina
officinalis, Chondrus crispus, Poryphera umbilicas, Codium fragile sp.
atlanticum, Mastocarpus stellatus, Leathesia difformis, Himanthalia
elongate, Delesseria sanguinea, Dilesia carnosa dan Halidrys
siliquosa merupakan sumber bakteri epifitik yang dapat menghasilkan senyawa
bioaktif.
2.4.4 Industri
Ganggang
merah digunakan sebagai makanan manusia, terutama di Asia Timur. Spesies yang
umumnya digunakan sebagai makanan, yaitu Porphyra spp. dan Palmaria
palmata. Sementara Porphyra spp. digunakan di Asia Timur, P.
palmata digunakan di Islandia, Irlandia dan negara-negara Eropa lainnya. Ganggang
merah umumnya lebih kecil dari rumput laut coklat dan biomassa juga kurang
substansial. Mereka dikenal memiliki kandungan protein yang tinggi yang dapat
dimanfaatkan. Kandungan paling signifikan dalam alga merah adalah polisakarida
pati floridean yang berfungsi sebagai cadangan karbohidrat dan galaktan sulfat;
agar dan karagenan. Selain itu digunakan dalam industri makanan sebagai
pembentuk gel, penebalan dan agen stabilisasi. Mereka juga diterapkan dalam
industri farmasi dan kosmetik (Fische, 2016).
Palmaria
palmata dikenal
menghasilkan produk kosmetik. Mudah menemukan alga ini dalam perawatan kulit seperti
pembersih wajah, pelembab, garam mandi, minyak pijat, shampoo, sabun dan
lain-lain (www.codif-recherche-et-nature.com).
Gambar 10. Sabun kelp
(Sumber: Redmond et al., 2016)
|
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari
pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
·
Alaria
esculenta adalah
anggota dari Alariaceae juga dikenal sebagai Winged kelp, dapat
ditemukan di laut Atlantik Utara. Alga merah Palmaria palmata (Linnaeus)
Weber et Mohr tersebar secara luas di perairan dingin Atlantik Utara dan
Samudra Arktik.
·
Alaria
esculenta merupakan
tanaman berwarna zaitun atau kuning-coklat dengan panjang 4 m dan lebar 25 cm.
Alga merah Palmaria palmata memiliki stipes yang tidak jelas dan kurang
dari 5 mm. Daun dewasa umumnya tumbuh sekitar 50 cm namun bisa mencapai satu
meter.
·
Alaria
esculenta adalah alga
laut yang sehat dan bergizi tinggi serat, vitamin dan mineral, termasuk vitamin
C, vitamin K, zat besi, kalsium, yodium, magnesium, polisakarida, fucoidans dan
polifenol. Palmaria palmata mengandung protein, karbohidrat, abu, lipid,
asam glutamat, serin, alanin, histidin, leusin, lisin, fenilalanin, tirosin,
treonin, valin, metionin, glisin juga merupakan sumber vitamin dan mineral
serta antioksidan.
·
Pemanfaatan
Alaria esculenta dan Palmaria palmata sebagai makanan manusia,
pakan hewan, sumber senyawa bioaktif dan untuk bidang industri.
DAFTAR PUSTAKA
Alam,
A. S. 2015. Uji daya hambat ekstrak alga coklat spesies Padina sp. terhadap
pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis dan Staphylococcus
aureus. Skripsi. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Makassar.
CEVA
(Centre d'Etude et de Valorisation des Algues), Pleubian, France. Nutritional
Data Sheet of Alaria esculenta and Palmaria palmata. www.ceva.fr
Codif Recherche & Nature. Palmaria palmata.
www.codif-recherche-et-nature.com. Saint Malo Cedex France.
Fedorov,
S. N., S. P. Ermakova, T. N. Zvyagintseva dan V. A. Stonik. 2013. Anticancer
and cancer preventive properties of marine polysaccharides: some results and
prospects. Marine Drugs 2013 (11): 4876-4901.
Fische,
S. M. R. 2016. Characterization of three Macroalgae: Saccharina latissima, Alaria esculenta and Palmaria palmata-Effect
of Different Harvesting Conditions. Norwegian University of Science and
Technology.
Fleurence, J. 1999. Seaweed proteins: biochemical,
nutritional aspects and potential uses. Trends in Food Science and
Technology 10 (1999): 25-28.
Garbary,
D. J., L. F. Beveridge, A. D. Flynn dan K. L. White. 2012. Population ecology
of Palmaria palmata (Palmariales, Rhodophyta) from harvested and
non-harvested shores on Digby Neck, Nova Scotia, Canada. Algae 27(1): 33-42.
Hallmann,
A. 2007. Algal transgenics and biotechnology. Transgenic Plant Journal 1(1):
81-98.
Kraan,
S., A. V. Tramullas dan M. D. Guiry. 2000. The edible brown seaweed Alaria
esculenta (Phaeophyceae, Laminariales): hybridization, growth and genetic
comparisons of six Irish populations. Journal of Applied Phycology 12
(2000): 577-583.
Kraan,
S. dan M. D. Guiry. 2000. Phase II: Strain hybridisation field experiments and genetic
fingerprinting of the edible brown seaweed Alaria esculenta. Department
of Botany, Martin Ryan Institute, National University of Ireland, Galway,
Ireland.
Macoi.
2008. Alaria esculenta (Linnaeus) Greville. www.macoi.com
Portuguese Seaweeds Website University of Coimbra.
McGrath,
B. M., J. P. Harmon dan G. Bishop. 2010. Palmaria palmata (Dulse) as an
unusual maritime aetiology of hyperkalemia in a patient with chronic renal
failure: a case report. Journal of Medical Case Reports 4 (2010): 1-3.
Munifah, I. 2008. Prospek pemanfaatan alga laut untuk
industri. Squalen 3 (2): 58-62.
Nwosu, F., J. Morris, V.
A. Lund, D. Stewart, H. A. Ross dan G. J. McDougall. 2010. Anti-proliferative
and potential anti-diabetic effects of phenolic-rich extracts from edible marine algae. Food Chemistry 126 (2011):
1006-1012.
Ólafsdóttir,
G., T. Wang, R. Jónsdóttir, H. K. Kristinsson, G. Ó. Hreggviðsson dan G.
Þorkelsson. 2009. Palmaria palmata in food formulations as natural antioxidant and functional ingredient. University of Iceland.
Redmond,
S., S. Belknap dan R. C. Uchenna. 2016. Aquaculture in Shared Waters Kelp
Aquaculture. Island Institute.
Rosen,
G., C. J. Langdon dan F. Evans. 1999. The nutritional value of Palmaria
mollis cultured under different light intensities and water exchange rates
for juvenile red abalone Haliotis rufescens. Aquaculture 185 (2000): 121-136.
Wells,
M. L., P. Potin, J. S. Craigie, J. A. Raven, S. S. Merchant, K. E.
Helliwell, A. G. Smith, M. E. Camire dan S. H. Brawley. 2016. Algae as
nutritional and functional food sources: revisiting our understanding. J Appl
Phycol.
Werner,
A., M. Dring, L. Watson, M. Edwards, F. O‟Mahony, I. Connellan dan C. Maggs.
2011. Aquaculture Explained Cultivating Palmaria palmata. Marine
Institute.
Werner, A. dan S. Kraan. 2004. Review of the potential mechanisation
of
kelp
harvesting in Ireland. Marine Environment and Health Series. 17 (2004).
Irish Seaweed Centre, Martin Ryan Institute, National University of Ireland,
Galway.
Comments
Post a Comment