Skip to main content

Elasmobranchii

 

Enzim Transferase

enzim transferase

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Indonesia mengimpor hampir seluruh kebutuhan enzim (sekitar 90%) dari luar negeri. Dari aspek pasar, kebutuhan enzim di Indonesia terus meningkat sebagaimana dapat dilihat dari nilai impor. Menurut Badan Pusat Statistik, impor untuk produksi farmasetika tahun 2007 adalah sebesar 2,988 trilyun rupiah, tahun 2008 menjadi 3,391 trilyun rupiah dan pada tahun 2011 diperkirakan menjadi 4,55 trilyun rupiah. Kebutuhan enzim dunia terus meningkat yaitu sebesar 6,5% per tahun dan menjadi $5,1 miliar pada tahun 2009 (Trismilah et al., 2014).  
Enzim adalah protein yang berfungsi sebagai katalisator untuk reaksi-reaksi kimia didalam sistem biologi. Katalisator mempercepat reaksi kimia. Walaupun katalisator ikut serta dalam reaksi, ia kembali ke keadaan semula bila reeaksi telah selesai. Enzim adalah katalisator protein untuk reaksi-reaksi kimia pasa sistem biologi. sebagian besar reaksi tersebut tidak dikatalis oleh enzim (Indah, 2004).
Enzim adalah substansi yang dihasilkan oleh sel-sel hidup dan berperan sebagai katalisator pada reaksi kimia yang berlangsung dalam mikroorganisme. Katalisator adalah substansi yang mempercepat reaksi tetapi pada akhir reaksi, substansi tersebut tidak berubah. Semua sel menghasilkan sejumlah besar enzim yang berbeda-beda dan fungsi sel ditentukan oleh enzim yang terdapat didalamnya. Beberapa sel melepaskan enzim yang berperan diluar sel, sebagai contoh sel-sel dibagian permukaaan saluran pencernaan menghasilkan enzim yang mencerna makanan (Wibowo, 2006).
Sistem tata nama enzim-enzim sebelumnya menghasilkan susunan yang membingungkan dari nama-nama yang tidak pasti artinya dan umumnya tidak mempunyai keterangan apa-apa seperti emulsin, peptin dan zimase. enzim selanjutnya diberi nama subtratnya dengan menambah akhiran “ase”. Jadi enzim-enzim yang memecahkan pati (amilon) disebut amilase; yang memecahkan lemak (lipos), lipase; dan yang bekerja pada protein, protease. Golongan enzim-enzim diberi nama oksidase, glikodase, dehidrogenase, dekarboksilase, dan sebagainya. Gambaran utama sistem IUB (Internasional Union of Biochemistry) untuk klasifikasi enzim dibagi dalam 6 kelas utama yang terdiri dari oksireduktase, hidrolase, liase, isomerase, ligase dan transferase (Indah, 2004).

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat ditentukan rumusan masalah dalam makalah ini seperti berikut.
1.   Apa pengertian enzim transferase?
2.   Apa saja contoh enzim transferase?
3.   Apa fungsi enzim transferase?

1.3 Tujuan
Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas maka dapat ditentukan tujuan dalam makalah ini seperti berikut.
1.   Mengetahui pengertian enzim transferase.
2.   Mengetahui contoh enzim transferase.
3.   Mengetahui fungsi enzim transferase.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Enzim Transferase
Enzim transferase adalah enzim-enzim yang mengkatalisis pemindahan suatu gugus, G (lain dari hidrogen), antara sepasang substrat S dan S’.
S-G + S’ = S’-G + S
Dalam kelas ini termasuk enzim-enzim yang mengkatalisis pemindahan gugus satu karbon, residu aldehida atauketon, dan gugus yang mengandung asil, alkil, glikosil, fosfor atau sulfur. Beberapa subkelas penting adalah:
a.   Asiltransferase
Misalnya asetil-KoA: kolin O-aseetiltransferase [kolin asiltrasferase]
Asetil-KoA + kolin = KoA + asetilkolin
b.   Glikosiltransferase
Misalnya alfa-1,4-glukan: ortofosfat glikosil transferace [fosforilase]
(alfa-1,4,-glukan)n + ortofosfat = (alfa-1,4 glikosil)n-1 + alfa-D-glukosa-1-fosfat
c.   Enzim-enzim yang mengkatalisis pemindahan gugus yang mengandung fosfat
Misalnya: ATP: D-heksosa-6fosfotransferase [heksokinase]
ATP + D-heksosa = ADP + D-heksosa-6fosfat

2.2 Contoh Enzim Transferase
2.2.1 UDP-Glucuronosyltransferase
UDP-glucuronosyltransferases (UGTs) merupakan salah satu kunci enzim dari metabolisme berbagai eksogen serta senyawa endogen. Reaksi konjugasi dikatalisasi oleh superfamili dari enzim ini berfungsi sebagai jalur detoksifikasi yang paling penting untuk spektrum yang luas dari obat-obatan, bahan kimia, karsinogen dan metabolitnya teroksidasi dan berbagai bahan kimia lingkungan pada semua vertebrata. Selain itu, UGTs yang terlibat dalam regulasi dari beberapa senyawa endogen aktif seperti asam empedu atau hydroxysteroids karena inaktivasinya melalui glucuronidation (Miners dan McMackenzie, 1991; Kiang et al., 2005 dalam Jancova dan Siller, 2012). Pada manusia, hampir 40-70% dari obat klinis digunakan glucuronidation (Wells et al., 2004 dalam Jancova dan Siller, 2012).
pembentukan glukuronida

Gambar 1. Pembentukan glukuronida
(Sumber: Jancova dan Siller, 2012)


 2.2.2 Sulfotransferase
Sulfoconjugation (atau sulfonasi) merupakan jalur penting dalam metabolisme baik eksogen dan endogen. Reaksi sulfonasi pertama diakui, yaitu oleh Baumann pada tahun 1876. Baumann mendeteksi fenil sulfat dalam air seni pasien yang telah diberikan fenol. Reaksi sulfonasi dimediasi oleh supergen sebuah keluarga enzim yang disebut sulfotransferases. Secara umum, enzim ini mengkatalisis transfer sulfonat (SO3-) dari universal sulfonat donor 3'-5'phosphoadenosine phosphosulfate (PAPS) ke hidroksil atau amino kelompok molekul akseptor (Jancova dan Siller, 2012).
pembentukan sulfat dan sulfamates

Gambar 2. Pembentukan sulfat (R-O-SO3-) dan sulfamates (R1-NR2-SO3-)
(Sumber: Jancova dan Siller, 2012)


 2.2.3 Glutathione S-Konjugasi
Aktivitas glutathione transferase pertama di sitosol hati tikus oleh Booth di awal 1960-an, transferase glutathione (sinonim glutathione S-transferase; GSTs) telah dipelajari secara rinci. Tidak diragukan lagi, glutathione transferase memainkan peran penting dalam metabolisme terapi tertentu, detoksifikasi karsinogen lingkungan dan intermediet reaktif terbentuk dari berbagai bahan kimia oleh enzim xenobiotik-metabolising lainnya. Selanjutnya, GSTs merupakan suatu pertahanan intraseluler penting melawan stres oksidatif dan terlibat dalam sintesis serta metabolisme beberapa turunan dari asam arakidonat dan steroid (van Bladeren, 2000 dalam Jancova dan Siller, 2012).
pembentukan asam mercapturic

Gambar 3. Pembentukan asam mercapturic
(Sumber: Jancova dan Siller, 2012)


 2.2.4 N-Acetyltransfrease
Pada manusia, reaksi asetilasi dikatalisis oleh dua isoenzim N-asetiltransferase (Nat), N-acetyltransferase 1 (NAT1) dan 2 (NAT2). Enzim sitosol ditemukan banyak pada jaringan dari berbagai spesies. The NAT1 dan NAT2 gen manusia yang terletak di kromosom 8 pter-Q11 dan berbagi 87% urut coding homologi (Blum et al., 1990 dalam Jancova dan Siller, 2012). NAT1 dan NAT2 memiliki kekhususan substrat yang berbeda dan sangat berbeda dalam hal organ dan jaringan distribusi. NAT2 protein terutama di hati (Grant et al., 1990 dalam Jancova dan Siller, 2012) dan usus (Hickman et al., 1998 dalam Jancova dan Siller, 2012). Ekspresi NAT1 manusia telah terdeteksi di hati, kandung kemih, sistem pencernaan, sel darah, plasenta, kulit, otot rangka, gingiva (Dupret dan Lima, 2005), jaringan payudara, prostat dan paru-paru oleh sejumlah metode (Sim et al., 2008 dalam Jancova dan Siller, 2012).
Reaksi katalis N-Acetyltransferase

Gambar 4. Reaksi katalis oleh N-Acetyltransferase
(Sumber: Jancova dan Siller, 2012)


2.2.5 Methyltransferase
Metilasi adalah jalur umum tetapi umumnya kecil biotransformasi xenobiotik. Tidak seperti kebanyakan reaksi konjugasi lainnya, metilasi tidak secara dramatis mengubah kelarutan substrat dan hasil dalam senyawa aktif. Metilasi terlibat dalam metabolisme senyawa endogen kecil seperti neurotransmitter tetapi juga berperan dalam metabolisme makromolekul misalnya asam nukleat dan dalam biotransformasi obat-obatan tertentu. Sejumlah besar dari kedua senyawa endogen dan eksogen dapat menjalani N-, O-, S dan arsenik-metilasi selama metabolisme (Feng et al., 2010 dalam Jancova dan Siller, 2012). Co-faktor yang dibutuhkan untuk membentuk metil konjugat adalah S-adenosylmethionine (SAM), yang terutama dibentuk oleh kondensasi ATP dan L-metionin (Jancova dan Siller, 2012).
reaksi metilasi

Gambar 5. Reaksi metilasi yang dikatalis metiltransferase
(Sumber: Jancova dan Siller, 2012)


 2.2.6 Siklodekstrin
Siklodekstrin (cyclodextrin) adalah oligosakarida siklis hasik degradasi pati oleh enzim cyclodextrin glycosyl transferase 9CGT-ase) yang tersusun atas molekul D-glokusa dengan ikatan α-1,4 glukosida. Dikenal ada tiga macam siklodekstrin, yaitu α- β- dan γ- siklodekstrin yang masing-masing tersusun atas 6, 7 dan 8 molekul glukosa. Siklodekstrin merupakan kristal homogen, non-higroskopis dan berstruktur seperi cincin. Slikodekstrin mempunyai kemampuan berinteraksi dengan bermacam-macam senyawa ionik dan molekular membentuk suatu senyawa kompleks inklusi siklodekstrin. Oleh karena kemampuan yang dimilikinya siklodektrin dapa dimanfaatkan sebagai bahan peng-inklusi berbagai macam ingredien sehingga siklodekstrin dapat dimanfaatkan dalam berbagai jenis industri seperti industri pangan, farmasi, pertanian, kimia analisa dan lain-lain (Wahyuntari, 2005).
struktur kimia siklodekstrin

Gambar 6. Struktur kimia siklodekstrin
(Sumber: Szetjli, 1988 dalam Wahyuntari, 2005)


2.3 Fungsi Enzim Transferase
2.3.1 Menentukan Kode Gen
Protein arginin metilasi adalah enzim modifikasi dalam sel eukariotik yang terlibat dalam transduksi sinyal, metabolisme pre-RNA dan proses aktivasi transkripsi. Protein arginine N-methyltransferase (PRMT) membantu dalam proses mencari genom manusia yang ditemukan pada kromosom 1 yang mengkodekan methyltransferase PRMT6. Rantai polipeptida dari PRMT6 adalah 41,9 kDa yang terdiri dari urutan inti katalitik umum untuk enzim PRMT lainnya (Frankel et al., 2002).

2.3.2 Menentukan Schizophrenia
DNA Methyltransferase adalah keluarga enzim yang memediasi proses metilasi DNA sebagai komponen penting dari pemeliharaan tingkat molekuler. DNMT (DNA Methyl Transferase) mengkatalisis transfer gugus metil dari Sadenosyl metionin ke residu sitosin DNA. Ada terutama dua kelas methyltransferases DNA; pemeliharaan methyltransferases (DNMT1) dan methyltransferases novo de (DNMT3A & 3B). DNMT1 memiliki preferensi untuk hemi alkohol DNA dan membantu dalam menjaga pola metilasi melalui generasi. DNMT3A dan 3B menginduksi de novo metilasi untuk membangun jaringan pola metilasi DNA tertentu selama pengembangan dan dalam menanggapi faktor lingkungan. DNMT3L memiliki kekurangan yaitu kemampuan berinteraksi dengan DNA lainnya mengikat protein di kompleks renovasi kromatin (Saradalekhsmi et al., 2014).
COMT adalah enzim yang terlibat dalam degradasi neurotransmitter penting dopamin, epinefrin, norepinefrin (Weinshilboum et al., 1999 dalam Sagud et al., 2010). Faktor keturunan memainkan peran dalam catechol O--metil transferase (COMT) aktivitas (Weinshilboum dan Raymond 1977 dalam Sagud et al., 2010), karena aktivitasnya memiliki distribusi bimodal (Weinschilboum et al., 1974 dalam Sagud et al., 2010). Hipotesis ini identifikasi polimorfisme genetik umum yang berhubungan dengan variasi tiga sampai empat kali lipat dalam enzim COMT Kegiatan (Lachman et al., 1996 dalam Sagud et al., 2010).

2.3.3 Menyembuhkan Gingivitis
Saliva adalah suatu cairan mulut yang kompleks, tidak berwarna, dan disekresikan oleh kelenjar saliva mayor serta minor untuk mempertahankan homeostasis dalam rongga mulut (Amerongen, 1991 dalam Prameswari dan Handajani, 2010). Pada kelenjar saliva dapat ditemukan enzim glutathione S-transferase (GST). Puy (2006) dalam Prameswari dan Handajani (2010), menyebutkan salah satu kegunaan saliva adalah untuk mendiagnosis kelainan atau perkembangan suatu keadaan patologis atau analisis penentuan dosis obat (Campbell et al., 1991 dalam Prameswari dan Handajani, 2010) Glutathione S-transferase merupakan enzim multifungsi yang memainkan peran penting pada perlindungan sel dari kerusakan oleh bahan kimia toksik (Burg et al., 2006 dalam Prameswari dan Handajani, 2010). Enzim ini berperan dalam perubahan salah satu sitokin (leukotrien A4) menjadi produk hasil oksidasi asam arakhidonat, salah satunya prostaglandin melalui jalur lipooksigenase (Samuelsson, 1980). Rantai koagulasi, jalur asam arakhidonat, serta pembentukan faktor pertumbuhan (growth factor), dan sitokin secara simultan bekerjasama memulai dan mempertahankan fase inflamasi (Fishman dan Tamara, 2007 dalam Prameswari dan Handajani, 2010). Edalat (2002) dalam Prameswari dan Handajani (2010), melakukan suatu penelitian pada kolon tikus yang terinfeksi Lactobacillus strain GG dan mendapatkan bahwa aktivitas GST semakin meningkat pada kondisi inflamasi.
Pada akhir penelitian Prameswari dan Handajani (2010), diketahui bahwa dibandingkan dengan konsentrasi 40%, ekstrak pegagan konsentrasi 50% lebih baik dalam menurunkan aktivitas spesifik GST (Glutathione S-transferase) saliva dan pada pemeriksaan klinis juga didapatkan penurunan skor Indeks Gingiva. Dapat disimpulkan bahwa ekstrak pegagan konsentrasi 50% mengindikasikan konsentrasi yang lebih baik dibandingkan konsentrasi 40% dalam menyembuhkan gingivitis yang ditandai penurunan aktivitas spesifik GST saliva.

2.3.4 Menentukan Penyakit pada Hati
Gammaglutamyltransferase (GGT) sering digunakan untuk menilai fungsi sistem hepatobiliaris, seperti pada infl amasi hati, penyakit perlemakan hati (fatty liver disease) dan penyalahgunaan alkohol (Emdin et al., 2005; Mason et al., 2010 dalam Haurisssa, 2014). GGT yang merupakan tes fungsi hati enzimatik generasi kedua ini, tersedia luas di sebagian besar unit laboratorium klinis, telah digunakan sejak lebih dari 30 tahun, serta relatif memiliki tingkat sensitivitas tinggi (Emdin et al., 2005; Mason et al., 2010 dalam Haurisssa, 2014). Oleh karena karakteristik tersebut, GGT kemudian banyak diteliti sebagai biomarker (penanda biologis) berbagai penyebab mortalitas dan risikonya (Emdin et al., 2005 dalam Haurisssa, 2014)
GGT adalah salah satu enzim dalam serum, yang bekerja pada lini pertama proses degradasi ekstraselular glutathione (GSH) (Emdin et al., 2005; Turgut, 2011 dalam Haurisssa, 2014) Glutathione adalah antioksidan utama sel mamalia yang berperan penting dalam perlindungan sel dari oksidan. Jika stres oksidatif meningkat, kebutuhan glutathione juga akan meningkat; jika kadar glutathione rendah, maka kerusakan akibat stres oksidatif akan meningkat. Oleh sebab itu, GGT diperkirakan memiliki peran penting di beberapa jenis jaringan atau organ. Contohnya, organ paru yang secara fisiologis terus-menerus terpapar oksigen dan rentan terhadap kerusakan oksidatif. Enzim GGT diproduksi di banyak jaringan, sebagian besar dibuat di dalam organ hati dan dibawa oleh lipoprotein dan albumin. GGT juga ditemukan di ginjal (terutama di tubulus renalis proksimal), paru, pankreas, usus dan endotel vaskuler. Kadar GGT serum dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: genetika, asupan alkohol, lemak tubuh, lipid plasma, tekanan darah, kadar glukosa, kebiasaan merokok, dan berbagai konsumsi obat, misalnya antikonvulsan dan obat-obatan (Haurisssa, 2014).

2.3.5 Aplikasi pada Produk Pangan
Enzim transglutaminase mempunyai nama sistematika yaitu amin-γ-glutamiltransferase yang termasuk ke dalam kelas enzim transferase (E.C.2), asiltransferase (E.C.2.3), aminoasiltransferase (E.C.2.3.2), protein glutamin- γ-glutamiltransferase dan mempunyai nama alternatif yaitu fibrinoligase. Transglutaminase memiliki pH optimum berkisar antara 5-8, tetapi pada pH 4 atau 9, transglutaminase masih menunjukkan aktivitas enzimatik, suhu optimum untuk aktivitas enzimatik adalah 50-55oC dan dapat melakukan aktivitas enzimatik terus menerus secara penuh meski berlangsung pada suhu 500C selama 10 menit. Transglutaminase kehilangan aktivitas enzimatik dalam beberapa menit pada pemanasan mencapai 700C. Transglutaminase masih mengeluarkan aktivitas enzimatik pada suhu 100C, dan masih menunjukkan beberapa aktivitas pada suhu sedikit di atas titik beku (Motoki et al., 1986 dalam Mayashopha et al., 2015).
Salah satu produk transglutaminase yang telah dipasarkan secara komersial dengan merk dagang ActivaTG. Produk ActivaTG telah dipasarkan di luar negeri misalnya Eropa, USA, Korea, Jepang, Thailand dan beberapa negara lainnya, termasuk di Indonesia. Di Indonesia, penggunaan enzim transglutaminase pada skala industri sudah cukup banyak digunakan. Strain yang digunakan adalah Streptoverticillium mobaraense, sehingga transglutaminase yang dihasilkan sering disebut sebagai microbial transglutaminase (mTGase) (Puruhita, 2011 dalam Mayashopha et al., 2015). Produk enzim mTGase dipasarkan oleh Ajinomoto dalam bentuk serbuk putih yang terdiri dari beberapa komposisi yaitu enzim mTGase, maltodextrin dan Na-casein. ActivaTG stabil disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu 210C selama 24 bulan. Komposisi produk ActivaTG terdapat Na-caseinat sebagai substrat terbaik dari mTGase sehingga dapat dihasilkan produk yang terbaik. Selain itu penggunaan siklodextrin berfungsi sebagai penstabil mTGase (Cui et al., 2011 dalam Mayashopha et al., 2015).

2.3.6 Penentu Obesitas
Seperempat anak dengan obesitas disertai dengan peningkatan enzim transaminase, yaitu alanine aminotranferase (ALT) dan aspartate aminotransferase (AST). Peningkatan ALT lebih mencerminkan penyakit NAFLD dibandingkan penyakit hati kronis. Peningkatan ALT mengindikasikan adanya resistensi insulin sehingga juga dipakai sebagai petanda diagnostik sindrom metabolik (Vajro et al., 2000 dalam Wirawan et al., 2014). Kadar enzim transaminase adalah kadar ensim transaminase hati yang meliputi kadar ALT dan AST dengan satuan mg/dL. Peningkatan ALT pada anak apabila kadarnya lebih dari 30mg/dL pada anak laki, atau lebih dari 19mg/dL pada anak perempuan (Wirawan et al., 2014).

2.3.7 Terapi Kanker
Tiopurin merupakan golongan obat yang terdiri dari 6-merkaptopurin (komponen terapi pemeliharaan acute lymphocytic leukemia [ALL] pada anak), tioguanin (sebagai terapi acute myeloblastic leukemia [AML]) dan azatioprin (komponen yang sering diberikan sebagai imunosupresi pada transplantasi organ, penyakit reumatik, dan gangguan kulit). Prinsip mekanisme sitotoksik agen ini adalah penyatuan nukleotida tioguanin (TGN) ke dalam DNA. 6-merkaptopurin merupakan prodrug yang inaktif dan perlu dimetabolisme menjadi TGN agar bisa berfungsi sebagai agen sitotoksik. Proses aktivasi ini dikatalisis oleh enzim hypoxanthine phosphoribosyl transferase (HPRT). Selain itu, 6-merkaptopurin bisa mengalami inaktivasi melalui oksidasi oleh enzim xantin oksidase (XO) maupun melalui metilasi oleh enzim tiopurin metiltransferase (TPMT) menjadi metabolit inaktif, yaitu 6-metilmerkaptopurin (6-MeMP) (Yudhani, 2014).


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
·      Enzim transferase adalah enzim-enzim yang mengkatalisis pemindahan suatu gugus.
· Contoh enzim transferase, yaitu UDP-glucuronosyltransferase, sulfotransferase, glutathione s-konjugasi, N-acetyltransfrease, methyltransferase dan siklodekstrin.
·  Fungsi enzim transferase diantaranya adalah menentukan kode gen, menentukan schizophrenia, menyembuhkan gingivitis, menentukan penyakit pada hati, aplikasi pada produk pangan, penentu obesitas dan terapi kanker.


DAFTAR PUSTAKA

Frankel, A., N. Yadav, J. Lee, T. L. Branscombe, S. Clarke dan M. T. Bedford. 2002. The novel human protein arginine N-Methyltransferase PRMT6 is a nuclear enzyme displaying unique substrate specificity. The Journal of Biological Chemistry 277 (5): 3537-3543.
Haurissa, A. E. 2014. Gamma-glutamyltransferase sebagai biomarker risiko penyakit kardiovaskuler. CDK 41 (11): 816-818.
Indah, M. 2004. Enzim. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Jancova, P. dan M. Siller. 2012. Topics on Drug Metabolism. Editor: James Paxton. InTech Europe.
Mayashopha, A. Y., F. Herfianita dan A. Sutrisno. 2015. Aplikasi enzim transglutaminase pada produk pangan: kajian pustaka. Jurnal Pangan dan Agroindustri 3 (3) 1145-1151.
Prameswari, D. P. dan J. Handajani. 2010. Efek berkumur ekstrak pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) konsentrasi 40% dan 50% terhadap aktivitas spesifik glutathione s-transferase pada saliva penderita gingivitis sedang. Majalah Obat Tradisional 15 (3): 138-145.
Saradalekshmi, K. S., N. V. Neetha, S. Sathyan, I. V. Nair, C. M. Nair dan M. Banerjee. 2014. DNA Methyl Transferase (DNMT) gene polymorphisms could be a primary event in epigenetic susceptibility to Schizophrenia. Association of DNMT Polymorphisms in Schizophrenia 9 (5): 1-8.
Trismilah, W. Sumaryono, A. Malik Dan M. Sadikin. 2014. Isolasi dan karakterisasi protease serupa tripsin (PST) dari Lactobacillus plantarum FNCC 0270. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 12 (1): 57-66.
Wahyuntari, B. 2005. Siklodekstrin glikosil transferase dan pemanfaatannya dalam industri. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan 16 (3): 260-264.
Wibowo, U. 2006. Pengaruh pemberian formalin terhadap aktifitas enzim tripsin pada feses sapi melalui uji gelatin. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.
Wirawan, I. K. A., IGN Sanjaya, PG Karyana dan IGL Sidiartha. 2014. Gambaran enzim transaminase pada anak obesitas vegetarian. Sari Pediatri 15 (5): 289-293.
Yudhani, R. D. 2014. Farmakogenomik dan terapi kanker. CDK 41 (6): 412-416.

Comments

Popular posts from this blog

Teknik Pendinginan Produk Perikanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1         Latar Belakang Setelah meratifikasi Montreal Protocol pada tahun 1992 dan Kyoto Protocol pada tahun 1996, Indonesia juga tidak luput dari permasalahan global yang dihadapi oleh industri pendinginan dunia sebagai dampak dari kedua perjanjian internasional di atas. Dengan demikian, penelitian di bidang refrigeran dan pendinginan sangat penting dan bermanfaat dilakukan di Indonesia. Jenis refrigeran yang cocok diteliti kemungkinan pemakaiannya di lndonesia adalah refrigeran hidrokarbon, karena selain bersifat alami (natural) hidrokarbon juga tersedia sebagai sumber daya alam yang relatif besar. Penggunaan refrigeran hidrokarbon juga dapat menghemat energi bila dibanding refrigeran R12 (Maclaine dan Leonardi, 1997 dalam Sihaloho dan Tambunan, 2005 ). Aisbett dan Pham (1998) dalam Sihaloho dan Tambunan (2005) menyatakan bahwa penggunaan hidrokarbon sebagai refrigeran pengganti CFC dan HFC dapatmemberikan penghematan biaya yang signifikan untuk

Ikan Sebelah (Psettodes erumei)

1.   PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Kekayaan alam laut Indonesia yang luas berpotensi menghasilkan hasil laut yang beraneka ragam dengan jumlah yang cukup besar yaitu sebanyak 6,26 juta ton per tahun. Hasil produksi perikanan laut ( marine fisheries ) di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 mencapai 3,24 %, dimana pada tahun 2012 hasil produksi ikan laut sebanyak 5.829.194 ton. Hasil laut terutama ikan diolah untuk menjadi bahan pangan masyarakat (Purba et al., 2015). Tingkat konsumsi ikan Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2013 mencapai 35,62 kilogram per kapita dari tahun 2012, yaitu sebanyak 33,14 kilogram per kapita (Purba et al., 2015). Indonesia memiliki wilayah perairan tropis yang terkenal kaya dalam perbendaharaan jenis-jenis ikannya. Berdasarkan penelitian dan beberapa literatur diketahui tidak kurang dari 3.000 jenis ikan yang hidup di Indonesia.Dari 3.000 jenis tersebut sebanyak 2.700 jenis (90%) hidup di p