Skip to main content

Elasmobranchii

 

Ikan Bonito (Sarda sarda) dan Ikan Kurisi (Nemipterus nemaptophorus)

makalah ikan bonito sarda sarda dan ikan kurisi nemipterus nemaptophorus
Makalah Ikan Bonito (Sarda sarda) dan Ikan Kurisi (Nemipterus nemaptophorus) 



IKAN BONITO
1. Deskripsi Umum
Ikan Bonito (dari kata bahasa Spanyol atau Portugis yang berarti "cantik") adalah nama yang diberikan untuk berbagai spesies ikan berukuran sedang, dari genus Sarda, dari keluarga ikan makarel. Spesiesnya adalah Bonito Umum, Bonito Atlantik (Sarda sarda) dan Bonito Pasifik.

2. Klasifikasi
Kingdom         : Animalia
Phyllum           : Chordata
Class                : Actinopterygii
Ordo                : Perciformes
Family             : Scombridae
Genus              : Sarda
Spesies            : Sarda sarda

3. Morfologi
Ikan Bonito memiliki tubuh berbentuk memanjang dan agak bulat (fusiform), dengan dua sirip punggung yang terpisah. Sirip punggung pertama terdiri dari XIV-XVI jari-jari tajam. Sirip punggung kedua yang terdiri dari 14-15 jari-jari lunak, diikuti oleh 7-9 sirip tambahan berukuran kecil (finlet). Sirip dubur berjumlah 14-15 jari-jari, diikuti oleh 7-8 finlet. Sirip dada pendek, dengan 26-27 jari-jari lunak. Di antara sirip perut terdapat dua lipatan kulit yang disebut taju interpelvis. Busur (lengkung) insang yang pertama memiliki 53-63 sisir saring. Bagian punggung berwarna biru keungu-unguan hingga gelap. Bagian perut dan bagian bawah berwarna keperakan, dengan 4 hingga 6 garis-garis berwarna hitam yang memanjang di samping badan. Tubuh tanpa sisik kecuali pada bagian barut badan (corselet) dan gurat sisi. Pada kedua sisi batang ekor terdapat sebuah lunas samping yang kuat, masing-masing diapit oleh dua lunas yang lebih kecil.  

4. Sistem Reproduksi
Sistem kelamin pada ikan jantan disusun oleh testis, vasa deferensia dan lubang genital. Testis, terletak di bawah gelembung renang dan di atas intestinum. Bentuk testis agak kompak dan berwarna putih. Di dalam testis dihasilkan spermatozoa. Proses pembentukan spermatozoa disebut spermatogenesis. Bentuk spermatozoa bermacam-macam tergantung kepada spesies ikan. Alat penggantung testis disebut mesorchium. Vasa deferensia, merupakan dua buah saluran sperma yang bergabung pada bagian belakangnya membentuk suatu ruang genital yang terbuka ke arah luar, terletak di antara ureter atau papila urinaria dan anus. Lubang genital (porus genitalia), merupakan lubang yang terbuka ke arah luar dan tempat pelepasan sperma.
Gonad ikan betina berwarna kuning kecoklatan, seperti yang di katakan Tester dan Takata (1953). Penampang gonad ikan betina tampak bulat dengan warna kuning kecoklatan, hal ini menunjukan bahwa gonad telah masak. Terletak di dekat usus, letak gonad betina mengisi dua pertiga rongga perut atau hampir menutupi organ-organ tubuh. (Khairuman dan Amri, 2007).

5. Ciri-Ciri
Ikan Bonito adalah perenang andal (pernah diukur mencapai 77 km/jam). Tidak seperti kebanyakan ikan yang memiliki daging berwarna putih, daging Bonito berwarna merah muda sampai merah tua. Hal ini karena otot Bonito lebih banyak mengandung myoglobin dari pada ikan lainnya. Kebanyakan bertubuh besar, ikan Bonito adalah ikan yang memiliki nilai komersial tinggi.

6. Habitat
Ikan Bonito banyak sekali terdapat di pantai-pantai Australia Timur, juga banyak terdapat pada pulau pasir yang ada di tengah laut. Ikan Bonito berenang di Northeast Pacific: off the coast of Alaska (60°16'N, 145°32'W) ke Cabo San Lucas at the tip of Baja California (22°20'N, 112°27'W) and Revillagigedo Islands.

7. Manfaat (Bagi Manusia)
Dalam masakan Jepang yang dibuat di luar Jepang, nama Bonito dipakai sebagai terjemahan dari katsuo (Katsuwonus pelamis atau ikan cakalang). Ikan ini diasap dan dikeringkan untuk membuat katsuobushi, bahan untuk membuat dashi (kaldu ikan dalam masakan Jepang).
Daging Bonito Pasifik dan Atlantik memiliki tekstur yang keras dan warna agak gelap dan kandungan lemak yang sedang. Daging Bonito muda agak cerah, mirip dengan ikan cakalang dan kadang-kadang digunakan sebagai pengganti yang lebih murah dari cakalang terutama untuk dikalengkan. Bonito disebut tuna di banyak negara, namun di Spanyol, ikan tuna (Thunnus alalunga) seringkali disebut sebagai Bonito del Norte.

8. Tingkah Laku
Tingkah laku ikan adalah adaptasi tubuh ikan terhadap pengaruh lingkungan internal dan eksternal. Yang termasuk pengaruh lingkungan eksternal adalah oksigen, cahaya, salinitas dan faktor lingkungan lainnya. Yang termasuk faktor internal adalah kematangan gonad dan pertumbuhan (Baskoro, 2011).
Ikan Bonito termasuk ikan pelagis bermigrasi secara oseanik. Dia menyenangi berada pada kedalaman di sekitar thermocline. Ikan sering didapatkan bergerombol berdasarkan ukuran. Ikan ukuran lebih besar bergerombol mengikuti objek seperti debris yang melayang dekat permukaan.

9. Peranan dalam Perairan
Di dalam air ikan mengambil makanan, bergerak, bernapas, respirasi, pertumbuhan, reproduksi, ekskresi, karena apapun yang terjadi pada perairan akan berakibat langsung pada kesehatan ikan sehingga ikan adalah hewan yang sangat tergantung dengan air.
Ikan bonito berperan sebagai pemangsa yang memakan ikan lebih kecil dari ukuran tubuhnya. Seperti halnya pada ikan-ikan sejenis, yang menempati urutan tingkat konsumen kedua ataupun ketiga.
 
ikan bonito
Gambar 1. Ikan Bonito


 IKAN KURISI
1. Deskripsi Umum
Ikan kurisi (Nemipterus nematophorus) adalah ikan dumersal yang hidup pada kedalaman 10-50 m. Ikan kurisi (Nemipterus nematophorus) adalah salah satu ikan yang buas, makanannya organisme dasar seperti cacing, udang, mollusca ikan ini dapat ditangkap dengan menggunakan trawl, cantang dan sejenisnya, bermacam-macam pukat tepi dan pancing.

2. Klasifikasi
Menurut Direktorat Prasarana Perikanan Tangkap (2001), klasifikasi ikan kurisi adalah sebagai berikut:
Kingdom         : Animalia
Phyllum           : Chordata
Class                : Pisces
Ordo                : Percomorpht
Family             : Nemipteridea
Genus              : Nemipterus
Spesies            : Nemipterus nemaptophorus

3. Morfologi
Ikan kurisi berbadan langsing agak gepeng. Kepala tanpa duri dan bagian depannya tidak bersisik. Sirip punggung berjari-jari keras 10 dan 9 lemah. Jari-jari keras pertama dan kedua tumbuh memanjang seperti serabut, demikian juga jari-jari teratas lembaran sirip ekornya. Sirip dubur berjari-jari keras 3 dan 7 jari-jari lemah. Warna kepala dan gigir punggung kemerahan. Satu totol kuning terdapat pada awal garis rusuk. Cambuk pada sirip punggung maupun ekornya berwarna kuning. Sirip punggung abu-abu keunguan dengan warna kuning ditengah-tengahnya demikian juga sirip dubur. Sirip ekor sedikit kegelapan. Sirip perut dan dada putih sedikit kecoklatan. Ukuran ikan kurisi dapat mencapai panjang 25 cm, umumnya 12-18 cm (Astawan, 2004).

4. Sistem Reproduksi
Ikan kurisi bersifat dioecious yaitu organ reproduksi jantan dan betina terbentuk pada individu berlainan. Fertilasi terjadi secara eksternal yaitu perubahan telur pada sperma berlangsung diluar tubuh induk betina. Ikan ini bersifat karnivora, makananya seperti ekton, curustacea (daphnia spp) dan sontong (loligo spp) (Allen, 1985).
Fekunditas ikan kurisi berkisar antara 37.859 – 309.500 butir telur dengan diameter telur berkisar antara 3-40 mm, diduga tipe pemijahan ikan kurisi adalah partial spawner, dan bulan Agustus–September merupakan puncak pemijahan ikan kurisi karena ikan kurisi betina di dominasi oleh TKG 4 berdasarkan penelitian bernama Bayu Adiwinoto di Kepulauan Seribu Jakarta Utara.
Berdasarkan hasil pengamatan dan data di atas dapat disarankan untuk mengurangi aktivitas penangkapan pada bulan pemijahan serta pengaturan ukuran mata jaring yang tidak boleh lebih kecil dari ukuran ketika ikan kurisi pertama kali matang gonad yaitu 25 cm, untuk menjaga kelestarian populasi ikan kurisi di Kepulauan Seribu.

5. Ciri-Ciri    
Warna kepala dan gigir punggung kemerahan. Ban-ban warna kuning diselang-seling ban warna merah mawar membujur badan sampai batang ekornya. Satu totol kuning terdapat pada awal garis rusuk. Ukuran dapat mencapai panjang 25 cm, umumnya 12-18 cm. Ikan ini bisa mencapai panjang 20 cm, umumnya tertangkap pada ukuran 15 cm. Jumlah yang tercatat ditemukan di Indonesia mencapai 20 jenis. Badan agak bulat memanjang, tertutup sisik yang mudah tanggal atau lepas. Ciri khas ikan ini adalah sirip perut dan sirip ekor bagian atas memanjang seperti benang (threadfin). Ciri khusus lainnya adalah warna badan yang cerah, merah kekuningan.

6. Habitat
Ikan kurisi hidup didasar, karang-karang, dasar lumpur atau lumpur pasir pada kedalaman 10-50 m. Ikan ini termasuk ikan buas, makanannya organisme dasar (cacing-cacing kecil, udang, moluska). Daerah penyebaran ikan kurisi hampir terdapat diseluruh perairan Indonesia. Tergolong ikan demersal, penangkapannya terdiri dari puket tepi dan pancing. Ikan kurisi dipasarkan dalam bentuk ikan segar dan ikan asin kering serta harganya relatif murah (Astawan, 2004).
Menurut Allen  (1985), ikan ini terdapat pada lingkaran laut pada kedalaman mencakup 100-330 m. Habitatnya di daerah karang dan diarea berbatu-batu dengan kedalaman minimal 100 m. Ikan ini ditemukan pada kedalaman 90-360 m.

7. Manfaat (Bagi Manusia)
Ikan kurisi memiliki daging yang putih dan relatif mudah didapat, harganya lebih murah dibanding dengan ikan lain dan memiliki tekstur daging yang cukup tebal. Selain itu bau ikan kurisi tidak terlalu amis karena kandungan ureanya tidak terlalu tinggi.
Ikan kurisi tergolong dalam ikan berprotein tinggi dan berlemak rendah. Ikan yang tergolong berlemak rendah dan berprotein tinggi memiliki kandungan protein 15-20% dan kandungan lemaknya kurang dari 5% (Stansby 1963).
Ikan ini merupakan hasil tangkap sampingan yang jarang dimanfaatkan sehingga memiliki harga yang relatif murah. Ikan kurisi dipilih karena memiliki protein yang tinggi berkisar 16,85%. Sehingga daging ikan kurisi sangat cocok untuk dijadikan bakso ikan.

8. Tingkah Laku
Dengan mengetahui tingkah laku ikan maka dapat menunjang keberhasilan teknologi perikanan. Misalnya di bidang teknik penangkapan ikan. Dewasa ini mulai digunakan lampu-lampu untuk mengumpulkan ikan atau light fishing. Teknik ini didasarkan pada tingkah laku ikan yang fotosintesis positif (Fujaya, 2004).
Ikan Kurisi termasuk jenis demersal, kadang membentuk gerombolan dan hidup terutama pada daerah perairan pantai dengan dasar lunak seperti pasir dengan sedikit lumpur. Termasuk jenis predator dengan makanan utama ikan dan makrofauna lainnya. Kecepatan renang ikan dapat mencapai 50 km/jam. Kemampuan renang ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan penyebarannya dapat meliputi skala ruang (wilayah geografis) yang cukup luas, termasuk diantaranya beberapa spesies yang dapat menyebar dan bermigrasi lintas samudera.

9. Peranan dalam Perairan
Ikan kurisi sebagai konsumen dalam ekosistem adalah organisme yang tidak bisa membuat makanannya sendiri. Konsumen merupakan organisme yang tidak bisa menyusun senyawa organik sendiri. Ikan ini sebagai karnivora yang memakan ikan lain.
Ikan kurisi termasuk ikan buas, makanannya organisme dasar (cacing-cacing kecil, udang, moluska). Ikan kurisi berperan sebagai pemangsa yang memakan ikan lebih kecil dari ukuran tubuhnya. Seperti halnya pada ikan-ikan sejenis, yang menempati urutan tingkat konsumen kedua ataupun ketiga.
 
ikan kurisi
Gambar 2. Ikan Kurisi
  

DAFTAR PUSTAKA
Allen JRL, (1985), Principles of Physical Sedimentology, Department of Geology, University of Reading London: George Allen and Unwin.
Astawan, M. 2004. Sehat Bersama Aneka Sehat Pangan Alami. Tiga Serangkai: Solo.
Baskoro, M. S. 2011. Tingkah Laku Ikan Hubungannya dengan Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap. Lubuk Agung: Bandung.
Direktorat Prasarana Perikanan Tangkap. 2001. Nemipterus nemathophorus. www.pelabuhanperikanan.co.id (diakses pada tanggal 5 Juni 2007).
Fujaya, Yushinta. 2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknologi Perikanan. Rineka Cipta: Jakarta.
http://atanitokyo.blogspot.co.id/2008/05/ikan-kurisi.html (diakses pada tanggal 14 oktober 2015 pukul 08:53 WIB)
(diakses pada tanggal 14 oktober 2015 pukul 08:36 WIB)
(diakses pada tanggal 14 oktober 2015 pukul 08:54 WIB)
(diakses pada tanggal 14 oktober 2015 pukul 09:17 WIB)
http://www.pipp.dkp.go.id
Khairuman dan Amri. 2007. Budidaya Lele Lokal Secara Intensif. Agro Media: Jakarta.
Mentari, Ratna. 2010. Tingkah Laku Ikan. http://ratnamentariblogspotcom.blogspot.co.id/2010/02/2.html (diakses pada tanggal 17 oktober 2015 pukul 19:21 WIB)
Moyle, P.B. and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction to Ichthyology. Second Edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.
Mustiawan, Komang. 2012. Apa Itu Ikan Bonito. http://mustkomang.blogspot.co.id/2012/12/apa-itu-ikan-bonito.html (diakses pada tanggal 14 oktober 2015 pukul 09:18 WIB)
Rajun, Ode Rafsanjani. 2012. Laporan Praktikum Iktiologi Ikan Kurisi. http://rasyidzhoumena.blogspot.co.id/2012/07/laporan-praktikum-iktiologi-ikan-kurisi.html (diakses pada tanggal 14 oktober 2015 pukul 08:48 WIB)
Rikky. 2014. Mengenal Ikan Bonito. http://aquascapemurah.blogspot.co.id/2014/03/mengenal-ikan-bonito.html (diakses pada tanggal 14 oktober 2015 pukul 09:19 WIB)
Stansby ME. 1963. Industry Fishery Technology. Reinhold Publishing Corp. NewYork.
Tester, A. L. and M. Takata. 1953. Contribution on the Biology of the Aholehole A Potential Baitfish. Hawaii Mar. Lab. Contr. No. 38.

Comments

Popular posts from this blog

Ikan Sebelah (Psettodes erumei)

1.   PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Kekayaan alam laut Indonesia yang luas berpotensi menghasilkan hasil laut yang beraneka ragam dengan jumlah yang cukup besar yaitu sebanyak 6,26 juta ton per tahun. Hasil produksi perikanan laut ( marine fisheries ) di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 mencapai 3,24 %, dimana pada tahun 2012 hasil produksi ikan laut sebanyak 5.829.194 ton. Hasil laut terutama ikan diolah untuk menjadi bahan pangan masyarakat (Purba et al., 2015). Tingkat konsumsi ikan Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2013 mencapai 35,62 kilogram per kapita dari tahun 2012, yaitu sebanyak 33,14 kilogram per kapita (Purba et al., 2015). Indonesia memiliki wilayah perairan tropis yang terkenal kaya dalam perbendaharaan jenis-jenis ikannya. Berdasarkan penelitian dan beberapa literatur diketahui tidak kurang dari 3.000 jenis ikan yang hidup di Indonesia.Dari 3.000 jenis tersebut sebanyak 2.700 jenis (90%) hidup di p

Teknik Pendinginan Produk Perikanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1         Latar Belakang Setelah meratifikasi Montreal Protocol pada tahun 1992 dan Kyoto Protocol pada tahun 1996, Indonesia juga tidak luput dari permasalahan global yang dihadapi oleh industri pendinginan dunia sebagai dampak dari kedua perjanjian internasional di atas. Dengan demikian, penelitian di bidang refrigeran dan pendinginan sangat penting dan bermanfaat dilakukan di Indonesia. Jenis refrigeran yang cocok diteliti kemungkinan pemakaiannya di lndonesia adalah refrigeran hidrokarbon, karena selain bersifat alami (natural) hidrokarbon juga tersedia sebagai sumber daya alam yang relatif besar. Penggunaan refrigeran hidrokarbon juga dapat menghemat energi bila dibanding refrigeran R12 (Maclaine dan Leonardi, 1997 dalam Sihaloho dan Tambunan, 2005 ). Aisbett dan Pham (1998) dalam Sihaloho dan Tambunan (2005) menyatakan bahwa penggunaan hidrokarbon sebagai refrigeran pengganti CFC dan HFC dapatmemberikan penghematan biaya yang signifikan untuk

TVBN, TMA, TMAO dan Histamin

BAB I PENDAHULUAN 1.1         Latar Belakang Sebagai negara maritim, Indonesia memiliki garis pantai sepanjang kurang lebih 81.000 km. Luas wilayah laut, termasuk di dalamnya Zona ekonomi Eksklusif mencakup 5,8 juta kilometer persegi (Dahuri, 2001 dalam Haryono, 2005). Di dalam wilayah laut dan pesisir tersebut terkandung kekayaan sumber daya laut yang amat besar, mulai dari ikan, kepiting, udang, kerang dan berbagai sumber daya laut lainnya yang siap untuk dieksploitasi nelayan. Secara teoritis, dengan kekayaan laut yang demikian besar, nelayan mampu hidup berkecukupan (Haryono, 2005). Ikan dikenal sebagai suatu komoditi yang mempunyai nilai gizi tinggi namun mudah busuk karena mengandung kadar protein yang tinggi dengan kandungan asam amino bebas yang digunakan untuk metabolisme mikroorganisme, produksi amonia, biogenik amin, asam organik, keton dan komponen sulfur (Liu et al. 2010 dalam Radjawane et al. , 2016). Ikan termasuk dalam kategori makanan yang cepat busuk