Skip to main content

Elasmobranchii

 

Tak Tau Malu


penerbang

Apa yang terlintas dibenak kalian jika melihat foto diatas?
Potongan adegan sebuah film horor, thriller atau bahkan film alien? Melihat dua manusia yang menggunakan topeng? Seram atau menakutkan?
Manusiawi memang jika kita sebagai netizen yang maha benar akan menyampaikan pendapat semacam itu.

Saat membuka YouTube, ada rekomendasi Video Kick Andy di beranda yang menarik perhatianku. Dengan judul Tragedi Dua Penerbang dan thumbnail yang cukup mengagetkan. Siapa sangka bahwa beliau adalah orang-orang hebat. Video tersebut menceritakan tentang kisah hidup inspektur penerbangan, yaitu Sigit Hani Hadiyanto dengan mantan muridnya, yaitu Dwi Krismawan yang mengalami kecelakaan pesawat pada 28 Januari 1997. Pesawat latih yang mereka bawa, menabrak gunung Gede di kawasan Jasinga, Bogor Jawa Barat, lalu terjatuh dan terbakar. Akibat peristiwa ini keduanya pun mengalami luka bakar di bagian wajah, leher hingga tangan. Namun keduanya berhasil melewati masa-masa sulit untuk bangkit kembali pasca kecelakaan yang mengakibatkan kondisi fisik mereka menjadi tak sempurna seperti semula. Sigit Hani Hadiyanto mengalami luka bakar 27 persen dan wajahnya harus menjalani 21 kali operasi rekonstruksi bedah plastik. Wajah dan tangannya mengalami kerusakan. Ia sempat marah dengan diri sendiri dan tidak bisa menerima kenyataan, namun lambat laun ia mulai ikhlas menerima dan bangkit untuk melanjutkan hidupnya.

Pada tahun 2005 Sigit menikah dengan Menuk Sudarwati, perempuan yang menerima Sigit apa adanya, walau melalui perjuangan yang berat karena sempat mendapat pertentangan dari orangtua Menuk. Namun karena kekuatan cinta Sigit dan Menuk akhirnya mereka mendapat restu dan orangtua Menuk dan akhirnya menikah. Sementara itu, Dwi Krismawan, murid Sigit, juga mengalami luka bakar hingga 50 persen. Akibat peristiwa itu, tubuhnya pun mengalami kerusakan. Rambutnya tidak bisa tumbuh kembali. Impiannya menjadi pilot pun sirna, hingga saat itu Dwi merasa hidupnya telah musnah. Namun perlahan semangat hidup Dwi mulai bangkit untuk kembali melanjutkan hidup. Dwi kemudian menjadi seorang motivator dan pendeta dan aktif dalam beberapa kegiatan sosial. Dwi bersama sang Istri yang setia mendampinginya yaitu Bethania Eden Thenu, mendirikan yayasan Kekuatan Cinta Indonesia, sebuah yayasan sosial yang peduli terhadap anak-anak Indonesia. Melalui yayasan ini mereka membuat kegiatan homeschooling bagi anak-anak di Lapas Anak di Karangasem, Bali, mendirikan pelatihan bahasa Inggris bagi anak-anak berkebutuhan khusus di Desa Kendalpayak, Malang, Jawa Timur.

Baca Juga : Gelarmu Gak Berguna

sigit hani hadiyanto

Begitulah deskripsi yang dicantumkan dalam video tersebut. Tak banyak penyataan yang ingin ku sampaikan. Hanya perasaan takjub hingga saat ini yang menghantui. Bagaimana beliau bisa hidup? Bagaimana beliau bisa sekuat itu? Apa kalian bisa membayangkan jika kalian berada di posisi mereka? Saat wajah menjadi prioritas di zaman sekarang ini. Yang tampan/cantik akan selalu menang. Apalagi dengan kemunculan trend skin care. Semua berlomba-lomba menampilkan keindahan wajah. Namun beliau harus menyerah dengan takdir. Impian menjadi pilot yang handal terbakar bersama wajah. Sosok tampan nan gagah berubah sedemikian rupa. Bahkan Pak Dwi sempat berkata bahwa beliau berharap setelah operasi plastik menjadi Tomingse malah menjadi simpanse. Jujur saja, siapa yang tak meneteskan air mata jika melihat video tersebut? Untuk melihat wajahnya sendiri di depan cermin saja tak berani. Belum lagi harus berhadapan dengan tatapan sinis orang-orang yang ditemui. Namun beliau berdua memiliki kelebihan yang mungkin tak kita punyai. Beliau memiliki hati dan pikiran yang membuat siapa saja akan mengidolakan. Semangat beliau untuk bangkit dari keterpurukan sungguh sangatlah luar biasa.

komentar 1

Saat melihat video di YouTube, membaca komentar netizen adalah hal yang rugi untuk dilewatkan. Selain membaca ucapan takjub dan semangat yang menggunung. Ada satu pernyataan netizen yang mungkin jempolnya tidak bisa di rem. Setelah peristiwa kecelakaan pesawat tersebut, beliau berdua menyatakan belum pernah ketemu. Mungkin banyak yang menyetujui pendapat pada gambar diatas. Terlepas entah alasan apa yang membuat beliau berdua tak pernah ketemu. Bagiku sangatlah wajar rasa “sakit hati” akan muncul. Walaupun aku tak berhak untuk mengira-ngira. Biarlah beliau berdua dan Tuhan saja yang tahu alasannya.

komentar 2

Dianugerahi cobaan berupa fisik, cobaan moral pun tentunya beliau terima. Penolakan demi penolakan saat mencari pekerjaan. Tak jarang perasaan ingin menyerah terus menggelora. Tetapi melihat dukungan dari istri yang luar biasa dan orang-orang disekitarnya yang membuat beliau tetap bertahan. Aku atau bahkan kita semua, seringkali merasa memiliki masalah paling berat di dunia. Ternyata masih banyak orang yang harus menghadapi kenyataan yang sangat pahit. Diatas langit masih ada langit. Sungguh kita tak tau diri!! Kita tak penah bersyukur. Jika diberi kesempatan, ingin rasanya bertemu beliau berdua. Sosok yang sangat menginspirasi.

Comments

Popular posts from this blog

Teknik Pendinginan Produk Perikanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1         Latar Belakang Setelah meratifikasi Montreal Protocol pada tahun 1992 dan Kyoto Protocol pada tahun 1996, Indonesia juga tidak luput dari permasalahan global yang dihadapi oleh industri pendinginan dunia sebagai dampak dari kedua perjanjian internasional di atas. Dengan demikian, penelitian di bidang refrigeran dan pendinginan sangat penting dan bermanfaat dilakukan di Indonesia. Jenis refrigeran yang cocok diteliti kemungkinan pemakaiannya di lndonesia adalah refrigeran hidrokarbon, karena selain bersifat alami (natural) hidrokarbon juga tersedia sebagai sumber daya alam yang relatif besar. Penggunaan refrigeran hidrokarbon juga dapat menghemat energi bila dibanding refrigeran R12 (Maclaine dan Leonardi, 1997 dalam Sihaloho dan Tambunan, 2005 ). Aisbett dan Pham (1998) dalam Sihaloho dan Tambunan (2005) menyatakan bahwa penggunaan hidrokarbon sebagai refrigeran pengganti CFC dan HFC dapatmemberikan penghematan biaya yang signifikan untuk

Ikan Sebelah (Psettodes erumei)

1.   PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Kekayaan alam laut Indonesia yang luas berpotensi menghasilkan hasil laut yang beraneka ragam dengan jumlah yang cukup besar yaitu sebanyak 6,26 juta ton per tahun. Hasil produksi perikanan laut ( marine fisheries ) di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 mencapai 3,24 %, dimana pada tahun 2012 hasil produksi ikan laut sebanyak 5.829.194 ton. Hasil laut terutama ikan diolah untuk menjadi bahan pangan masyarakat (Purba et al., 2015). Tingkat konsumsi ikan Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2013 mencapai 35,62 kilogram per kapita dari tahun 2012, yaitu sebanyak 33,14 kilogram per kapita (Purba et al., 2015). Indonesia memiliki wilayah perairan tropis yang terkenal kaya dalam perbendaharaan jenis-jenis ikannya. Berdasarkan penelitian dan beberapa literatur diketahui tidak kurang dari 3.000 jenis ikan yang hidup di Indonesia.Dari 3.000 jenis tersebut sebanyak 2.700 jenis (90%) hidup di p

Enzim Transferase

BAB I PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Indonesia mengimpor hampir seluruh kebutuhan enzim (sekitar 90%) dari luar negeri. Dari aspek pasar, kebutuhan enzim di Indonesia terus meningkat sebagaimana dapat dilihat dari nilai impor. Menurut Badan Pusat Statistik, impor untuk produksi farmasetika tahun 2007 adalah sebesar 2,988 trilyun rupiah, tahun 2008 menjadi 3,391 trilyun rupiah dan pada tahun 2011 diperkirakan menjadi 4,55 trilyun rupiah. Kebutuhan enzim dunia terus meningkat yaitu sebesar 6,5% per tahun dan menjadi $5,1 miliar pada tahun 2009 (Trismilah et al. , 2014).   Enzim adalah protein yang berfungsi sebagai katalisator untuk reaksi-reaksi kimia didalam sistem biologi. Katalisator mempercepat reaksi kimia. Walaupun katalisator ikut serta dalam reaksi, ia kembali ke keadaan semula bila reeaksi telah selesai. Enzim adalah katalisator protein untuk reaksi-reaksi kimia pasa sistem biologi. sebagian besar reaksi tersebut tidak dikatalis oleh enzim (Indah, 2004). E